SULTENG-RADAR BOGOR,Kabupaten Sigi termasuk salah satu dari tiga Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang mengalami kerusakan hebat pasca gempa dan tsunami.
Relawan Bogor yang merupakan Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Bogor, Yusfitriadi memberikan pesan-pesan atas fenomena yang dilihatnya langsung Jumat (20/10/18).
“Ini kejadian luar biasa. Sekali lagi, kita tidak bisa untuk tidak mengambil hikmah dari kejadian ini. Bagi Allah, cukup dua tiga menit meluluh lantahkan bumi ini,” ujar Yus seperti direkam tim Radar Bogor yang juga turut serta menjadi Relawan Bogor.
Koordinator Nasional JPPR ini mengajak siapa saja untuk tak melulu mengaitkan peristiwa tersebut pada persoalan ilmiah. Melainkan juga pada persoalan ilahiah.
“Kita semua harusnya berfikir bukan hanya pendekatan ilmiah. Tapi juga pendekatan keagamaan, juga pendekatan keyakinan,” tuturnya.
Tepat di Desa Jono Oge Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi, jalan raya Trans Palu – Namun terputus diterjang tsunami lumpur.
Kini jalan raya itu berubah menjadi hamparan kebun. Tak nampak kosong, kebun itu masih utuh dengan tanaman jagung yang diyakini berasal dari Desa Pombewe yang masih satu Kecamatan dengan Desa Jono Oge. Sedangkan sambungan jalan aspal yang tergantikan kebun jagung, tergeser ke arah Barat Desa Jono Oge hingga rupanya tak nampak.
Wilayah tersebut bukan satu-satunya di Kabupaten Sigi yang beralih fungsi pasca diguncang gempa hebat pada Jumat 28 September lalu. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Sibalaya, Kecamatan Tanahbulava. Kali ini yang tergusur justru area perkebunan.
Perkebunan yang letaknya di sebelah kanan jalan jika dari arah Kota Palu – Kabupaten Sigi itu, berubah menjadi permukiman warga. Diyakini, permukiman yang terdiri dari puluhan rumah warga itu bergeser dari wilayah yang datarannya lebih tinggi. Sedangkan area perkebunannya, bergeser lagi ke area yang lebih rendah.
https://youtu.be/A-7TyZipQ0M
(fik)
