25 radar bogor

Lolos Dari Ajal, Warga Korban Gempa Sigi Ini Ceritakan Tiga Jam di Dalam Kantung Jenazah

SIGI-RADAR BOGOR, Ribuan warga meregang nyawa akibat gempa bumi dan tsunami di tiga daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Hamka Daude (42) nyaris menjadi salah satunya. Satu jam setelah kejadian, warga Desa Jono Oge Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi itu sempat masuk dalam kantung jenazah lantaran dikira sudah tewas tertimbun lumpur.

Langkah kakinya masih tertatih setelah tiga pekan bencana mengoyak Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi. Tapi kondisi itu justru disyukurinya. Menjadi mukjizat bagi Hamka ketika tidak jadi mengakhiri hidupnya di kantung jenazah.

Saban hari, Hamka meratap di pengungsian yang letaknya tak jauh dari lokasi rumahnya. Kisah nestapanya selalu membuat siapa saja yang datang merasa simpati. Belum lagi melihat kondisi rumahnya yang lebur karena dihantam tsunami lumpur.

Peristiwa nahas pada Jumat, 28 September lalu bermula saat Hamka pulang dari beraktivitas. Sekitar pukul 18.05 waktu setempat ia tengah bersiap untuk mandi. Baru selangkah menginjakkan kaki di kamar mandi, guncangan keras membuat seluruh bagian rumahnya bergetar. Saat melihat keluar rupanya ada semburan lumpur yang dengan perlahan menelan rumahnya. “Saat itu saya tidak tahu rumahnya yang turun atau tanahnya yang naik,” ujarnya saat berbincang dengan CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu.

Tak sampai di situ, lumpur yang datang dari arah Desa Pombewe Kecamatan Biromaru membuat rumahnya tergusur sekitar 30 meter. Saat itu, Hamka berpegang pada kabel untuk menyelamatkan dirinya. Tapi, hal itu tak menghindarkan dirinya dari hantaman lumpur.

Sekitar pukul 19.00 waktu setempat tiba waktunya evakuasi. Dengan kondisi tak sadrkan diri dan tubuh dipenuhi lumpur, Hamka dimasukkan ke kantung jenazah oleh tim evakuasi. Kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Sidera bersama tumpukan kantung jenazah lainnya.

Sekitar pukul 22.00, setelah 15 menit tiba di Rumah Sakit terdengar kerasak kerusuk dari tumpukan kantung jenazah. Seisi ruangan sempat dibuat kaget dengan terbangunnya Hamka dari pingsan.

“Saya sempat melihat cahaya fajar, artinya kan sudah dekat dengan ajal,” kata Hamka.

Kini, Hamka berharap luka lebam di bagian pinggang belakang dan kakinya cepat pulih. Dengan tubuh sehat, ia berangan bisa melanjutkan hidupnya bersama istrinya, Fatma (39) yang tengah tidak di lokasi saat bencana.

Rumah Hamka yang sebelumya dekat dengan jalan raya, kini menjadi hamparan kebun. Tak nampak kosong, kebun itu masih utuh dengan tanaman jagung yang diyakini berasal dari Desa Pombewe yang masih satu Kecamatan dengan Desa Jono Oge. Sedangkan sambungan jalan aspal yang tergantikan kebun jagung, tergeser ke arah Barat Desa Jono Oge hingga rupanya tak nampak.

Wilayah tersebut bukan satu-satunya di Kabupaten Sigi yang beralih fungsi pasca diguncang gempa hebat pada Jumat 28 September lalu. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Sibalaya, Kecamatan Tanahbulava. Kali ini yang tergusur justru area perkebunan.

Perkebunan yang letaknya di sebelah kanan jalan jika dari arah Kota Palu – Kabupaten Sigi itu, berubah menjadi permukiman warga. Diyakini, permukiman yang terdiri dari puluhan rumah warga itu bergeser dari wilayah yang datarannya lebih tinggi. Sedangkan area perkebunannya, bergeser lagi ke area yang lebih rendah.

Meski berpindah tempat, terlihat beberapa rumah masih berdiri tegak. “Kali ini warga lebih lebih sering menyebutnya sebagai kampung berjalan. Karena kan dia bisa pindah tempat,” ujar salah satu warga setempat, Welly (28).

https://youtu.be/ypyDcOtYw7o

(fik)