25 radar bogor

Sehari Tanpa jajan SDN Cimahpar 1

BOGOR–RADAR BOGOR,Menjaga kebersihan lingkungan sekolah bukan hanya soal membuang sampah pada tempatnya, juga membiasakan anak untuk tidak jajan di lingkungan sekolah. “Sehari Tanpa Jajan” diterapkan SDN Cimahpar 1 sebagai langkah mengurangi sampah jajanan sekolah, pun menjaga gizi siswa agar seimbang.

Guru Kelas SDN Cimahpar 1, Tati Nurhayati kepada Radar Bogor mengatakan, program “Sehari Tanpa Jajan” ini bukanlah tanpa alasan. Musababnya, setiap kali pelajaran olahraga, saat siswa kebanyakan membawa bekal, menu yang dibawa selalu sama.

“Hanya nasi, mi goreng, dengan telur. Kan itu kurang sehat untuk siswa. Sayur-sayurannya kurang, makanya kami galakkan setiap hari Senin siswa diwajibkan membawa bekal dengan menu sayuran yang sudah sekolah tetapkan,” katanya.

Semisalnya, nasi dipadukan dengan sayuran taoge, wortel, kacang panjang atau sawi putih. Intinya harus ada bahan makanan dari sayuran. Karena itu, orang tua pun diminta untuk berkreasi sekreatif mungkin agar anak-anaknya mau memakan sayuran.

“Siswa yang awalnya susah makan sayur, lama-kelamaan jadi suka, meski perlahan. Tidak hanya siswa, guru-guru pun membawa bekal, persis dengan menu sayur yang ditetapkan. Agar tidak memberatkan, sayuran yang dipilih murah-meriah, yang penting sehat,” urainya.

Tati mengakui, awal penerapan “Sehari Tanpa Jajan” ini pihak sekolah sempat mendapat tantangan dari pedagang jajanan di lingkungan sekolah karena dagangannya jadi tidak laku. “Sempat dapat tentangan juga, tapi akhirnya mereka mengerti dan mendukung program ini,” katanya.

Alhasil dengan program tersebut, sampah-sampah plastik yang biasa digunakan membungkus jajanan pun berkurang bahkan hilang. Karena menurut Tati, siswa yang jajan di lingkungan sekolah, dilarang membawa sampahnya ke dalam lingkungan sekolah.

“Harus dibuang di luar, artinya tetap di tempat sampah. Namun tidak di lingkungan sekolah. Penerapannya, Selasa-Sabtu. Biasanya sampah di lingkungan sekolah itu rata-rata hanya dedaunan saja, kalau sampah plastik sudah hampir tidak ada,” katanya.

Selain itu, masih kata Tati, khusus bagi siswa kelas 6, di awal tahun selalu digalakkan program mencangkok tanaman di rumahnya masing-masing. Saat masa perpisahan, tanaman cangkok itu kemudian dibawa ke sekolah untuk disumbangkan.

“Ada program perkembangbiakan tumbuhan yang dipraktikkan di rumah, dari Januari, saat April hasil cangkokannya dibawa ke sekolah. Hasil dari anak-anak,” tandasnya.

(wil/c)