25 radar bogor

Luhut dan Sri Mulyani Dilaporkan ke Bawaslu, Karding Warning Pejabat

Menanggapi itu, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Abdul adir Karding tidak menganggap pose satu jari Luhur dan Sri Mulyani bagian dari kampanye. (Miftahul Hayat/jawapos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Pose jari satu yang diperlihatkan oleh Menkeu Sri Mulyani dan Menkomar Luhut Binsar Pandjaitan di acara IMF-World Bank, di Bali berbuntut panjang. Dua pembantu Presiden Joko Widodo itu hari ini dorencanakan dilaporkan kepada Bawaslu.

Menanggapi itu, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Abdul adir Karding tidak menganggap pose satu jari Luhur dan Sri Mulyani bagian dari kampanye. Pose tersebut hanya menunjukan keberhasilan Indonesia dalam menggelar pertemuan IMF-World Bank.

Luhut dan SMI
Sri Mulyani dan Luhut saat berpose bersama Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, di acara IMF World Bank (Jpnn/JawaPos.com)

“Yang saya tahu dan ingat bahwa itu sih. Tidak ada niat kampanye atau apa pun soal pilpres,” ujar Karding di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Kamis (18/10).

Meski demikian Karding mengingatkan seluruh pejabat agar lebih berhati-hati dalam menunjukan reaksi di depan publik. Karena di tahun politik seperti sekarang bisa dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggungjawab.

“Para pejabat harus berhati-hati. Jangan guyon, enggak boleh guyon. Saya juga kalau mengacungkan jari satu di sekolah bisa bahaya,” imbuhnya.

Di sisi lain, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu meminta agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) lebih getol melakukan sosialisasi peraturannya. Pasalnya aturan di pemilu 2019 sangat banyak.

Mulai dari waktu kampanye, sistem kampanye, alat peraga kampanye, lokasi kampanye dan lain sebagainya seluruh diatur oleh KPU. Bahkan Karding menilai pemili sekarang menjadi yang terumit dari pemilu-pemilu sebelumnya.

“Soal ini tentu ada hikmahnya, mungkin teman-teman KPU perlu sosialisasi yang lebih intensif terutama pada pejabat. Karena aturan pemilu kita ini terlalu teknis, dan selalu mau semua diatur,” tandas Karding.

Sebelumnya, Dahlan Pido selalu masyarakat melaporkan dua menteri ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dua menteri ini melakukan kampanye terselubung dalam perhelatan IMF-World Bank di Bali.

“Jadi kami mendampingi klien kami (Dahlan Pido) mengajukan pengaduan ke kantor Bawaslu terkait pelanggaran pemilu, karena patut diduga menguntungan Jokowi,” ujar Taufiqurrahman di Kantor Bawaslu, Jakarta, Kamis (18/10).

Anggota dari Tim Advokat Nusantara ini menambahkan‎ dalam penutupan perhelatan IMF-World Bank Tersebut diduga dua menteri ini mengajak Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde untuk berpose dengan satu jari, tanda nomor urut Jokowi.

“Di situ Luhut dan Sri Mulyani terlihat mengarahkan Direktur IMF berpose satu jari pada saat sesi foto,” katanya.

Oleh sebab itu Taufiqurrahman menduga dua menteri tersebut telah memanfaatkan momen IMF-World Bank untuk menguntungan dan keberpihakannya terhadap capres dan cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Mereka yang merupakan pejabat negara diduga telah memanfaatkan keadaan tersebut untuk Jokowi-Ma’ruf Amin,” ungkapnya.

Dengan demikian Luhut dan Sri Mulyani diduga telah melanggar UU Pemilu sebagaimana diatur dalam Pasal 282 juncto Pasal 238 ayat (1) dan (2), juncto Pasal 547 UU Nomor 7/2017 tentang Pemilu, dengan ancaman pidana 3 tahun penjara serta denda Rp 36 juta.

“Selain itu Saudara Luhut dan Sri Mulyani harus diberhentikan sebagai menteri yang secara nyata dan jelas tidak netral,” pungkasnya.

Adapun pose satu jari saat penutupan International Monetary Fund (IMF)-World Bank pada Minggu (14/10). ‎ Pose satu jari tersebut dilakukan para petinggi seperti Menko Bidang Kemaritiman Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Saat di atas panggung, Christine Lagarde dan Jim Yong Kim berpose dua jari. Sementara Luhut Binsar Pandjaitan mengangkat sepuluh jari, begitu juga dengan Sri Mulyani.

Lalu, Luhut Binsar Pandjaitan merubah pose dengan mengangkat satu jari, kemudian berubah lagi dengan mengangkat jempol. Lantas orang-orang pun riuh melihat mereka berpose mengangkat jari, terutama melihat Chrstine Lagarde mengangkat dua jari.

Setelah mendengar suara riuh para tamu, Chrsitine Lagarde dan Jim Yong Kim merubah posenya menjadi satu jari. Rupanya, saat momen tersebut, suara percakapan mereka terdengar jelas. Dalam tayangan kabar Petang yang diunggah akun YouTube TV One, ternyata suara yang diucapkan Luhut Binsar Pandjaitan dan Sri Mulyani terdengar jelas.

Saat di atas panggung, Sri Mulyani meminta kepada Luhut Binsar Pandjaitan agar Christine Lagarde merubah pose dua jarinya. “Jangan pakai dua bilang, not two,” kata Sri Mulyani.

Dengan cepat Luhut pun beraksi menimpali Sri Mulyani dengan menyarankan supaya menunjukkan jari satu saat foto bersama.

“Not two, not two,” ucapnya diselingi tawa.

Lantas Christine Lagarde dan Jim Yong Kim pun mengubah pose jarinya menjadi satu jari. Seperti yang diberintahan Luhut dan Sri Mulani. Seketika itu juga Sri Mulyani memberikan penjelasan kepada Christine Lagarde dan Jim Yong Kim alasan menunjuk jari satu.

‎”Two is for Prabowo, one is for jokowi,” kata Sri Mulyani kepada Chrsitine Lagarde.

(gwn/sat/JPC)