25 radar bogor

Pemerintahan Jokowi Dinilai Ugal-ugalan Raja Juli Tantang Prabowo Bertanding Program Bukan Retorika

Sekjen PSI Raja Juli Antoni saat diwawancara oleh JawaPos.com di kantor DPP PSI. (Igman/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Raja Juli Antoni membantah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengelola Indonesia dengan cara ugal-ugalan. Hal ini dikatakan Antoni setelah, Prabowo Subianto mengatakan perlahan-lahan mimpi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia luntur oleh cara ugal-ugalan Presiden Jokowi dalam mengelola negara.

“Mana mungkin Pak Jokowi memimpin dengan ugual-ugalan sehingga angka kemiskinan turun, pengangguran menurun dan kesenjangan kaya miskin merapat angkanya,” ujar Antoni saat dihubungi, Kamis (18/10).

‎Adapun angka kemiskinan di Indonesia pada 2018 tercatat turun jadi single digit di angka 9,82 persen. Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.

Sementara data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan tingkat penggangguran terbuka (TPT) pada Februari 2018 menurun 140.000 orang atau 0,20 persen dibandingkan periode 2017. Pada Februari 2018 jumlah angkatan kerja sebanyak 133,94 juta mengalami kenaikan 2,93 dibandingkan kuartal I 2017.

‎Oleh sebab itu, sampai saat ini Koalisi Jokowi-Ma’ruf‎ Amin masih menunggu Prabowo Subianto menawarkan program-programnya kepada masyarakat. Jangan sampai program itu diisi hanya retorika saja.

“Kita tunggu Pak Prabowo menawarkan alternatif kebijakan. Bertanding program dengan Pak Jokowi, bukan retorika kosong tidak berisi, seperti tong kosong nyaring bunyinya‎,” pungkasnya.

Sebelumnya, Prabowo Subianto kembali menyindir pemerintahan yang dinilainya kerap membuat keputusan yang tidak matang. Di sisi lain, persoalan keadilan pun tak luput menjadi persoalan yang musti dibenahi dalam empat tahun terakhir ini. Berbagai contoh inilah yang membuatnya menilai pemerintah telah mengelola negara secara ugal-ugalan.

Misalnya sebuah keputusan bisa dengan mudah direvisi atau dibatalkan tanpa memikirkan dampak hingga rakyat bawah. Hukum menjadi alat tawar menawar politik tanpa pernah mempedulikan rasa keadilan. Kemudian menyaksikan bagaimana riuhnya Kabinet Kerja, akibat saling tuding antar kementerian dan lembaga negara. Perlahan-lahan mimpi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia luntur oleh cara ugal-ugalan dalam mengelola negara.

Menurut Prabowo, cara-cara pemerintah seperti ini dinilainya jauh berbeda dengan kepemimpinan para founding father terdahulu. Presiden Indonesia ke-1 Indonesia Soekarno misalnya, ia menilai telah berhasil mengobarkan semangat revolusi.

Begitupula Presiden ke-2 Soeharto, kata dia, yang berhasil mengedepankan pembangunan bangsa. Buktinya, zaman itu harga-harga bahan pokok jauh stabil daripada sekarang.

Tapi saat ini kenapa yang terdengar adalah nada-nada sumbang yang ketakutan terhadap gagasan untuk mengembalikan kejayaan Indonesia. Kenapa bergema nada-nada khawatir dari keinginan untuk mengedepankan kepentingan bangsa di atas segalanya, menjadikan Indonesia untuk orang Indonesia.

(gwn/JPC)