25 radar bogor

Momen Tepat Berinvestasi

Dari Kiri : Presiden Bank Dunia Jim Young Kim Ceo IMF Christine Lagarde Menko Maritim Luhut Panjaitan Menkeu Sry Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo saat penutupan IMF WGB 2018 di Nusa Dua, Bali. (FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS)

JAKARTA-RADAR BOGOR Berbicara soal dampak ekonomi, pertemuan tahunan IMF-World Bank Group berdampak signifikan untuk perekonomian Bali. Tetapi, kalau diukur secara nasional, dampaknya kecil.

Para delegasi itu memang membeli paket tur keliling Indonesia seperti ke Labuan Bajo dan Danau Toba. Namun, dampaknya masih lebih besar di Bali.

Kalau Bappenas menyatakan dampak ekonomi event itu Rp 5,9 triliun, jika dibandingkan dengan PDB (produk domestik bruto) kita yang sudah Rp 13.588 triliun, tentu rasanya masih kecil. Kalau dilihat secara jangka panjang, barulah penyelenggaraan event tersebut berdampak lebih signifikan. Dunia semakin menganggap Indonesia sebagai negara penting dalam kancah perekonomian internasional. Hal yang digaungkan kepada dunia kan keberhasilan kita keluar dari krisis 20 tahun lalu. Dari PDB 1998 yang dulu tumbuh -13,1 persen, sekarang tumbuh 5 persen.

Itu merupakan sebuah lesson learned bagi negara-negara lain. Terutama negara-negara berkembang yang juga memiliki defisit transaksi berjalan dan sedang berupaya menjaga stabilitas. Indonesia bisa menjadi contoh. Walaupun memang bukannya kita sendiri saat ini tidak ada masalah.

Yang menjadi wajib selanjutnya adalah follow up dan kelanjutan kesepakatan-kesepakatan dalam pertemuan tersebut. Masuknya investasi Rp 202 triliun ke Indonesia, lahirnya Bali Fintech Agenda, Human Capital Index (Indeks Modal Manusia/IMM), Waqf Core Principal, Waqf Linkend Sukuk, dan sederet ide baru lainnya harus ditindaklanjuti. Kalau tidak ada tindak lanjut, optimisme yang sudah dibangun justru bisa tergerus.

Alhamdulillah juga, Gunung Agung tidak batuk-batuk lagi karena itu juga yang paling ditakutkan kemarin. Oh iya, event tersebut juga diselenggarakan saat kita sedang ditimpa musibah gempa di Palu dan Situbondo. Pada saat yang sama, kita juga menyelenggarakan Asian Para Games 2018 dengan sukses.

Sebelumnya, Asian Games juga sukses terselenggara pada saat kita ditimpa musibah gempa Lombok. Ini seharusnya menjadi sinyal positif bagi perekonomian kita. Sebab, Indonesia mampu mengemban amanah berbagai event internasional, mulai olahraga hingga forum ekonomi.

Jadi, tidak perlu menunggu hasil pilpres baru ada optimisme, baru ada upaya-upaya untuk investasi. Sebab, setelah pilpres nanti ada lagi pilkada. Itu semestinya ditangkap pelaku ekonomi bahwa ekonomi kita baik dan masih cukup kuat. Terlihat dari kita yang berhasil menjadi EO (event organizer) sejumlah event besar meski kita juga bukannya tidak punya masalah. Kalau ingin investasi, segeralah ambil aksi. Namun, event tersebut sempat diwarnai inisiatif pemerintah yang tiba-tiba mengumumkan kenaikan harga BBM di sela-sela acara. Lalu, belum berjalan sejam, keputusan itu ditarik. Ini akan muncul dalam persepsi investor karena level of confidence mereka sangat dipengaruhi para pengambil kebijakan di Indonesia. Ini kan bukan persoalan main-main. Harusnya yang seperti ini tidak boleh terjadi. Apalagi pada saat kita sedang kedatangan banyak tamu.

*) Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef)

(Disarikan dari wawancara dengan wartawan Jawa Pos Shabrina Paramacitra/c5/agm)