25 radar bogor

Fahri Sebut Penundaan Kenaikan Harga BBM Bukan Bentuk Kasih Sayang Pemerintah Patut Diduga Maladministrasi

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menduga pemerintah telah melakukan maladminstrasi kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM), lantaran menunda kenaikan harga sesuai mekanisme pasar. (Sabik Aji Taufan/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Keputusan pemerintah menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Biosolar Non PSO terus dikritik. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, keputusan ini syarat patut diduga maladministrasi.

Dia juga keberatan seandainya ada yang beranggapan penundaan kenaikan harga Pertamax Cs sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada rakyat. Dia malah bilang hal ini justru pelanggaran konstitusi.

“Nggak usah bilang kasih sayang (rakyat). Ini adalah maladministrasi di dalam pemerintahan dan kegagalan membuat public policy yang baik,” kata Fahri di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (15/10).

Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa melakukan perencanaan lebih matang sebelum mengambil keputusan. Sebab dia berpendapat, kebijakan publik yang baik adalah kebijakan yang direncanakan secara matang dan didukung oleh rakyat.

“Ini pemerintah rakyat belum bereaksi, dia sudah mundur duluan. Lalu mengklaim ini adalah kebaikan hati kepada rakyat. Kita tidak usah menyebut ini pencitraan. Karena ini sebetulnya lebih dari pada (pencitraan) itu,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan membeberkan alasan pemerintah menaikkan harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Biosolar Non PSO. Menurutnya, kenaikan itu dilakukan memang karena harga BBM tersebut mengikuti mekanisme pasar.

Artinya, ketika harga minyak dunia terus naik, maka harga BBM yang tidak disubsidi wajib mengikuti harga di pasaran.

“Jadi yang disesuaikan Pertamax, Pertamax Turbo juga Pertamax dan Pertadex. Karena bertahun-tahun sebelumnya juga ini Pertama series jenis Bahan bakar umum yang mekanismenya dilepaskan kepada pasar,” ujarnya di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10).

Lanjut Jonan, kenaikan itu juga ditunjukkan untuk kalangan menengah atas. Sebab, dia yakin masyarakat menengah bawah masih akan tetap menggunakan premium maupun solar.

“Masa kendaraan umum ngisi Dexlite atau Pertadex, kan nggak. Jadi, ini untuk konsumsi kalangan menengah atas. Jadi, pemerintah juga menyerahkan kepada mekanisme pasar untuk Pertamax series,” jelas dia.

Selain itu, Jonan juga mengklaim jika kenaikan harga BBM jenis Pertamax series lebih murah dibandingkan kompetitor.

“Dari laporan saya terima per hari ini, bahwa Perta series disesuaikan sekitar Rp 100 atau Rp 200 lebih murah per liter dibanding dengan kompetitor seperti Total atau Shell dan seperti sedikit Petronas lah. Ini menunjukkan Pertamina sebagai BUMN ada concern lah. Detilnya bisa ditanyakan Menteri BUMN,” tutup mantan Menteri Perhubungan itu.

(aim/JPC)