25 radar bogor

Menikah Atau Lajang? Mana Yang Dipilih HRD Saat Rekrutmen Kerja

Ilustrasi lolos wawancara kerja (Dok. JawaPos.com)
Ilustrasi lolos wawancara kerja (Dok. JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Ada yang mengatakan bahwa pernikahan memiliki cara untuk membuat orang tumbuh dan merencanakan masa depan. Kegiatan malam hari dengan teman-teman tergantikan oleh lebih banyak makanan rumahan. Apalagi jika sudah memiliki anak, pastinya anda akan memprioritaskan menabung bagi keluarga.

Akhirnya, bukan hanya prioritas pribadi Anda yang bergeser, prioritas karier pun juga akan berubah dan Anda akan mulai mencari atribut dan nilai perusahaan yang paling menguntungkan bagi Anda dan keluarga Anda.

Perubahan prioritas karier ini diungkapkan oleh sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan oleh JobStreet.comdan jobsDB, dalam Laporan Perusahaan Teratas tahunan untuk 2017, dengan total 11.624 karyawan di 7 negara besar di Asia disurvei untuk memberikan wawasan yang luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karier.

Dalam survei ini, responden ditanya mana nilai perusahaan yang penting bagi mereka dalam sebuah organisasi. Mereka diminta untuk menilai tanggapan mereka antara 1 dan 7 (paling tidak penting sampai paling penting) dalam daftar 24 kualitas spesifik dalam organisasi yang penting.

Survei tersebut menemukan bahwa prioritas karier dan nilai perusahaan akan berbeda tergantung pada apakah responden sudah menikah atau belum. Dapat dimaklumi bahwa responden yang sudah menikah lebih mementingkan keamanan kerja dan keuntungan perusahaan yang dermawan sedangkan responden belum menikah memprioritaskan pelatihan, peluang pengembangan pekerjaan dan peningkatan karier.

Mari kita lihat lebih dekat profil dua kategori ini.

Responden Belum Menikah

Belum menikah/masih sendiri, terutama yang bebas dari anak, umumnya ingin maju dalam karier mereka dan lebih menekankan pada pertumbuhan karier. Hal ini terbukti dengan survei yang mengungkap responden ini yang menilai perusahaan yang memberikan ‘peluang pelatihan dan pengembangan pekerjaan’ sebagai atribut yang paling mereka sukai. Hal ini tidak mengherankan mengingat fakta bahwa kebanyakan responden adalah karyawan muda dan umumnya lebih memperhatikan mendapatkan pelatihan dan pengalaman kerja yang relevan untuk meningkatkan pengembangan profesional mereka.

Atribut berikutnya yang paling dihargai oleh responden ini adalah kesempatan bagi mereka untuk memanfaatkan keterampilan yang diperoleh untuk ‘kemajuan karier’. Responden biasanya memiliki keinginan untuk menemukan makna dan arahan dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Karena mereka memiliki komitmen keuangan yang lebih rendah karena mereka bebas dari anak dan memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan suami istri, responden akan bebas untuk mengeksplorasi jaringan yang diberikan dan tidak akan ragu untuk pergi ketika tidak ada lagi kesempatan dalam kemajuan karier saat ini.

Atribut ketiga yang paling disukai mereka adalah organisasi yang dapat menawarkan ‘keamanan kerja’. Hal ini berbeda dengan responden yang sudah menikah, yang menilai ‘keamanan kerja’ sebagai atribut terpenting mereka. Responden yang belum menikah didorong oleh kebutuhan untuk mempertajam keterampilan kerja mereka dan menjadi bagian dari “perlombaan tikus”, memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk menaiki tangga perusahaan, bahkan jika itu berarti menemukan lowongan kerja di perusahaan lain, maka hal itu tidak begitu penting bagi mereka jika organisasi yang mereka tawarkan menawarkan keamanan kerja atau tidak.

Responden yang sudah menikah

Dengan komitmen keluarga, responden yang sudah menikah akan memilih pekerjaan jangka panjang yang aman, maka ‘keamanan kerja’ sebagai atribut yang paling mereka sukai. Prioritas ini terutama didorong oleh meningkatnya tanggung jawab dan biaya untuk menopang keluarga, terutama anak-anak. Pekerjaan yang stabil memastikan aliran pendapatan tetap menjadi berkelanjutan secara finansial dalam mencapai tujuan pribadi bagi diri mereka dan orang yang mereka cintai seperti memberikan “uang pendidikan terbaik yang dapat dibeli” untuk anak-anak mereka.

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa atribut yang paling disukai responden adalah jika perusahaan memberikan ‘tunjangan karyawan yang cukup banyak’ seperti waktu luang yang dibayar dan jumlah cuti tahunan berbayar yang cukup untuk mereka gunakan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka terutama selama musim liburan sekolah. Selain itu, dengan biaya perawatan kesehatan, responden yang sudah menikah dengan anak-anak akan memprioritaskan perusahaan yang dapat menawarkan cakupan medis yang komprehensif, memastikan kesehatan mereka dan keluarga mereka terjaga dengan baik.

Dibandingkan dengan responden yang sendiri, responden sudah menikah memberi peringkat ‘kesempatan pelatihan dan pengembangan pekerjaan’ sebagai atribut ke-3 yang paling disukai. Ini bisa jadi karena fakta bahwa kebanyakan responden yang sudah menikah berasal dari generasi yang lebih tua dan dan diumur mereka saat itu sudah mencapai jumlah pelatihan yang cukup dalam pengembangan profesional mereka.

Kesimpulannya, survei tersebut mengungkapkan bahwa responden single pada umumnya menargetkan pertumbuhan dan pengembangan karier, sedangkan responden yang sudah menikah biasanya lebih memilih stabilitas pekerjaan, terutama karena komitmen keluarga dan keuangan yang mereka miliki terhadap orang yang mereka cintai.

Namun, menarik juga untuk dicatat bahwa walaupun ada sedikit perbedaan atribut dan nilai perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan karier dari dua kategori ini, pada akhirnya kedua kategori tersebut menghargai ‘keamanan kerja’ dan ‘pelatihan dan pengembangan’ dalam pilihan karier mereka ke tingkat tertentu. Untuk mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia, para pemimpin HR harus mulai memperhatikan temuan ini dan menerapkan kebijakan kerja yang paling sesuai untuk kedua kategori ini untuk kepentingan semua orang.

(uji/JPC)