25 radar bogor

Di Depan Bos Bank Dunia, Wapres JK Sebut RI Utamakan Energi Terbarukan

Jusuf Kalla (Dok. JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan, pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) merupakan upaya Indonesia mendukung penyelamatan lingkungan. Langkah ini pun mendapat dukungan positif dari Bank Dunia.

Hal ini mengemuka dalam pernyataan bersama Wapres Jusuf Kalla dan Chief Executive Officer Bank Dunia Kristalina Georgieva di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10). Kegiatan itu bagian dari rangkaian kegiatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali.

“Kita utamakan energi baru terbarukan,” kata JK.

Wapres merespons adanya sikap sebagian organisasi nonpemerintah (NGO) yang mengaitkan upaya mengoptimalkan manfaat EBT ini dengan masalah lingkungan. Pemerintah melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen hingga 2025 mendatang. Langkah ini akan semakin mengurangi penggunaan energi fosil dan pada gilirannya akan menghemat devisa negara.

Sejumlah pembangkit dibangun dengan memanfaatkan EBT itu, antara lain, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Sumatera Utara, yang sedang dalam proses pembangunan, serta PLTA Poso dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sindereng Rappang (Sidrap) di Sulawesi Selatan.

Proyek-proyek tersebut juga merupakan bagian dari Infrastruktur Strategis Ketenagalistrikan Nasional sebagai bagian integral dari Program 35.000 Megawatt (MW) Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa.

Langkah Indonesia dalam pemanfaatan EBT ini ditanggapi positif oleh Bank Dunia. Kristalina Georgieva menilai hal itu dinilai langkah nyata Indonesia dalam, upaya menekan pertumbuhan gas karbon.

“Itu hal yang Indonesia dapat banggakan. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai 23 persen energi terbarukan pada 2025. Kami percaya indonesia akan memenuhi komitmen itu,” kata Kristalina.

Terkait dengan bencana-bencana yang terjadi di dunia saat ini, dan juga di Indonesia, hal itu dinilai terkait erat dengan perubahan iklim. Kristalina menekankan, saat ini dunia harus mengakui bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi, dan sudah terjadi.

“Diperlukan langkah mitigasi yang lebih keras lagi untuk menekan pertumbuhan gas karbon. Pengalaman yang sedang kita bahas di Palu, ini ada peringatan bahwa kita harus menemukan keberanian dalam diri kita untuk menangani bencana ke level yang lebih tinggi,” katanya.

(srs/JPC)