25 radar bogor

Isu Perang Dagang Hingga Rilis Data IMF Mengikat Rupiah di Zona Merah

Ilustrasi penukaran uang di sebuah money changer (DOK.DERY RIDWANSAH/JAWAPOS.COM)

JAKARTA-RADAR BOGOR Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih belum bisa terlepas dari tekanan, terutama gejolak perekonomian global. Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, belum usainya permasalahan global, baik dari perang dagang AS dan Tiongkok, penyelesaian defisit anggaran Italia, hingga meningkatnya imbal hasil obligasi AS membuat posisi USD masih cenderung meningkat.

“Diperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 15.235-15.220. Kondisi ini tentunya mempersulit pergerakan Rupiah untuk berbalik naik,” ujarnya Rabu (10/10).

Reza menjelaskan, pergerakan Rupiah kembali mengalami pelemahan seiring masih bergerak naiknya laju USD. Memanasnya hubungan AS dan Tiongkok terkait dengan belum tercapainya kesepakatan dagang yang diikuti.

“Saling berbalas komentar antar pejabat di antara keduanya yang dilanjutkan dengan kebijakan bank sentral Tiongkok, PboC, yang memangkas cadangan rasio di perbankan Tiongkok membuat mata uang CNY melemah sehingga berimbas pada sejumlah mata uang lainnya, termasuk Rupiah,” tuturnya.

Dengan pelemahan tersebut, kata Reza, membuka kesempatan pada USD untuk bergerak naik. Belum lagi, permasalahan penyelesaian defisit anggaran Italia yang belum juga usai yang melemahkan EUR turut membuat laju USD bergerak naik.

Sementara itu, lanjutnya, sentimen negatif lainnya ialah rilis lembaga IMF seiring meningkatnya tensi perdagangan dan tekanan pada pasar negara berkembang (emerging market), memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan tahun depan.

Adanya keyakinan Menkeu, Sri Mulyani, bahwa Indonesia masih dapat mencapai target 5,3 persen kendati risiko untuk pertumbuhan tersebut telah makin meningkat belum banyak memberikan sentimen positif pada Rupiah.

(mys/JPC)