CISEENG-RADAR BOGOR,Pembunuhan Asep (27), warga Kampung Panoongan, RT 02/04, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, berbuntut panjang. Sekelompok pemuda misterius asal Rumpin meneror warga Desa Karihkil, Kecamatan Ciseeng, yang diduga telah membunuh santri bertasbih itu. Aksi mereka melempar batu membuat warga resah.
Kegaduhan yang terjadi membuat sejumlah ibu-ibu di Kampung Parunglengsir, Desa Karihkil, Kecamatan Ciseeng, merasa terancam. Bahkan mereka pun bersiaga serta mempersenjatai diri dengan sejumlah senjata tajam (sajam). Sedangkan sejumlah ibu-ibu yang merasa terganggu mengungsi ke kantor Desa Karihkil untuk meminta perlindungan.
”Kami sudah dua hari ini tidur tidak nyenyak. Kalau malam nggak tenang waswas, apalagi ada kabar kampung kami akan diserang. Kami meminta pihak desa dan kepolisian melindungi kami agar kami tiap malam bisa tenang,” ujar salah seorang warga Kampung Parunglengsir, Lia Wati.
Seperti pada Minggu (7/10), Lia mengaku ada beberapa kelompok orang yang datang sembari membawa sajam. Dirinya dan ibu-ibu yang lain langsung berhamburan pergi ke sawah karena ketakutan. “Saya sampai terjatuh di sawah sama anak saya saking paniknya. Suami saya ikut bergabung sama warga lainnya,” kata Lia.
Begitu juga dengan warga lainnya, Jamilah (42), yang harus mengungsi ke rumah kerabatnya karena sang suami harus ronda demi menjaga kampung. ”Pokoknya kami minta pelaku segera ditangkap,” pintanya.
Sebelumnya, Minggu (7/10) pukul 23:00 WIB, ratusan warga Parunglengsir, Desa Karihkil, kumpul sembari membawa bambu dan sejumlah sajam. Mereka berkumpul karena ada sekelompok warga tak dikenal yang mengendarai motor melempari para pemuda yang sedang kongko di warung pertigaan Pasar Desa Karihkil.
”Saya lagi nongkrong di warung pinggir jalan tiba-tiba ada yang melempari batu sambil terdengar nada ancaman. Kurang lebih ada 20 motor yang menyerang kami,” ungkap pemuda yang mengaku mendapat penyerangan, Teddy, Senin (8/10) dini hari.
Setelah diserang, Teddy bersama teman-temannya langsung memanggil warga sekitar untuk meminta pertolongan. ”Saya minta tolong lari sambil bilang kampung kita ada yang nyerang,” bebernya.
Untuk menenangkan warganya yang merasa terancam, Kepala Desa Karihkil Ahmad Dasuki berjanji akan melindungi segenap warga jika memang terjadi penyerangan. ”Kami akan menghadang dan melindungi masyarakat kami. Dan kami tidak akan menyerang tapi kami menghadang. Masyarakat Desa Karihkil tidak usah panik, biarkan kasus perkara pembunuhan yang terjadi itu pihak kepolisian yang menanganinya,” kata Ahmad.
Sementara itu, Kapolsek Rancabungur Iptu Suparno mengaku pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Untuk pelaku, dirinya masih melakukan pengejaran. ”Doakan saja untuk pelaku mudah-mudahan segera ketangkap,” ujarnya.
Terkait kabar penyerangan disinyalir dari pihak korban, dirinya meminta warga Parunglengsir yang merupakan lokasi diduga menjadi awal kematian santri itu untuk tidak khawatir akan isu penyerangan. ”Kami akan lakukan patroli tiap malam dibantu Polsek Parung dan akan berjaga bersama warga di tiap gang,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan Kapolsek Rumpin AKP Ahmad Wiryo. Menurutnya, kabar penyerangan dari Rumpin itu tidak dibenarkan. Sebab, sejauh ini dari Kecamatan Rumpin masih kondusif, tidak ada penyerangan seperti kabar yang beredar. “Soal penyerangan itu tidak ada, namun kita akan berupaya melakukan mediasi antarpihak seperti kepala desa bersama tiga polsek. Sejauh ini masih dalam tahap pengejaran terhadap pelaku,’’ terangnya.
Terpisah, Kasubag Humas Polres Bogor AKP Ita Puspitalena menjelaskan, kabar yang beredar bahwa adanya penyerangan dari pihak korban atau adanya penutupan ruas Jalan Karihkil-Rancabungur, masih kondusif. Ia menyatakan tidak ada penutupan ruas jalan yang dilakukan warga sekitar.
“Tulisan tersebut dengan adanya imbauan Jalan H Miing yang ditutup hingga kini masih dalam tahap aman, sejak malam beredarnya. Hal itu tidak benar dan keadaan kondusif. Namun untuk pelakunya masih tahap penyeledikan dan belum 86,’’ pungkasnya. (mul/dyn/c/mam/run)