25 radar bogor

Parpol Ngotot Calonkan Eks Koruptor, Ini 3 Alasan Utamanya

Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini. Titi menyebut pendanaan menjadi salah satu alasan parpol, ngotot mencalonkan seorang eks koruptor di Pileg 2019. (Dok.JawaPos)

JAKARTA-RADAR BOGOR Putusan Mahkamah Agung (MA) yang memperbolehkan mantan narapidana korupsi maju menjadi calon legislatif dalam pemilu 2019, terus menuai perdebatan dari berbagai pihak. Merujuk data Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), sudah ada 38 nama caleg mantan napi korupsi yang mencuat dan diusung dari 12 partai.

Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini membeberkan tiga alasan mengapa parpol masih tetap mencalonkan mantan napi korupsi. Menurutnya, 38 mantan napi korupsi yang dicalonkan merupakan bagian dari orang kuat di dalam partainya.

Bahkan, kata Titi, terlibat dalam menentukan recruitment di parpol tersebut. “Mereka orang kuat distruktur partai. Mereka ikut menentukan rekrutmen yang ada di partai politik,” imbuhnya saat ditemui di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (25/9).

Tak hanya itu, sebut Titi, faktor popularitas yang melekat dalam diri mantan napi korupsi tersebut menjadi pertimbangan lain. Kendati berstatus mantan koruptor, mereka bisa memberikan dampak elektoral bagi parpol.

“Ambang batas parlemennya naik, pemilunya serentak, partai politiknya tambah banyak. Figur populer ini selalu bisa mengkontruksi opini publik dengan mendekatkan playing victim atau mereka adalah korban. Korban hirarki politik. Bahkan narasi-narasi Tuhan saja maha pemaaf, kenapa manusia tidak?, terus digaungkan,” sebutnya.

Kemudian, Titi juga mengatakan adanya sumber daya pendanaan yang dimiliki orang-orang tersebut. Mereka berkontribusi bagi kerja untuk memenangkan hati masyarakat.

“Mereka punya sumber daya ntuk parpol, khususnya sumber daya pendanaan, dana dan juga jejaring yang bisa bermanfaat bagi elektoral,” tuturnya.

Untuk itu, Titi menilai pada 38 mantan napi korupsi yang tetap akan dicalonkan karena kuat pada struktural partai. Ditambah lagi populer dan punya sumber daya jejaring luas.

“Jadi tiga alasan ini bertemu dengan pendekatan pragmatif partai. Karena kan partai ingin menang. Jadi partai ingin menang lalu ada partai ada tiga alasan itu bertemulah simbiosis mutualisme diantara para mantan napi korupsi dengan partai politik,” tutupnya.

(ipp/JPC)