25 radar bogor

Mundur dari Utusan Jokowi, Din: Kalau Mau Tanya Boleh Nanti Japri Saja

Din Syamsudin
Din Syamsudin resmi mendirikan Partai Pelita.

JAKARTA-RADAR BOGOR Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sudah menyatakan mundur dari posisinya sebagai utusan khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban. Keputusannya itu sudah disampaikan di Istana, Jakarta pada Selasa (25/9).

Diungkapkan Din, dirinya sudah menyampaikan surat pengunduran dirinya saat bertemu Jokowi. Dia pun lega, karena surat pengunduran dirinya telah dibaca mantan wali kota Solo itu.

Secara lisan pun, Din mengaku sudah bicara ke Jokowi dan alasan pengunduran dirinya diterima. Jadi tinggal  menunggu keputusan presiden tentang pemberhentiannya secara resmi.

Saat ditanya apakah pengunduran dirinya itu untuk menunjukkan bahwa dia tidak mendukung Jokowi di Pilpres 2019?

“Tidak persis seperti itu, tidak ingin terkesan atau dikesankan,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu usai bertemu Jokowi di Istana, Selasa (25/9).

Namun Din menegaskan, pengunduran dirinya itu jangan diartikan wujud ketidaksukaannya pada Jokowi. Sebab, sebagai rakyat dan warga negara, mantan ketum PP Muhammadiyah itu pada akhirnya akan punya pilihan pada Pilpres nanti, tidak sekarang.

“Tentu tidak saya ungkapkan secara publik. Karena saya bukan sendiri, tapi punya gerbong. Maka tidak arif lah. Jangan dikesankan netral, tidak ke mana-mana. Di atas dan untuk semua golongan, itu netralitas aktif. Bahwa nanti memilih, saya memilih. Kalau mau tanya (pilih siapa) japri boleh nanti,” tuturnya sembari tersenyum.

Soal apakah keputusannya mengundurkan diri sebagai antisipasi atau ada yang protes dengan keputusannya menjadi utusan khusus presiden, Din menyatakan, yang komplain sejak awal sudah banyak. Terutama di lingkungan umat Islam, khususnya Muhammadiyah.

Mereka rata-rata mempertanyakan kenapa Din mau menerima jabatan yang diberikan oleh Jokowi. Hal ini pun sudah disampaikannya kepada mantan Wali Kota Surakarta itu.

Apalagi dia menerima tawaran jabatan tersebut dalam pertemuan ketiga kali dengan presiden atas banyak pertimbangan.

“Di tengah jalan (saat menjabat) saya sampaikan, waduh Pak (Jokowi), saya kesulitan ini. Begitu mau merajut kebersamaan, Tapi sekarang menjadi tidak mudah karena sudah ada sensitivitas tinggi dengan pilpres. Jadi begitu hakikatnya,” pungkas Din.

(jpg/JPC)