25 radar bogor

Tim Pengabdian LPPM IPB Gelar Pelatihan Produksi Snack Sehat Kampung Posdaya

BOGOR-RADAR BOGOR, Tim Pengabdian Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan Pelatihan Produksi Snack Sehat Kampung Pos Pemberdayaan Keluarga  (Posdaya) di Posdaya Mandiri desa Cikarawang Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, (18/9). Kegiatan ini diikuti oleh sekira 20 Posdaya dari kota dan kabupaten Bogor.

Kepala LPPM IPB, Dr.Ir. Aji Hermawan mengatakan LPPM IPB ingin terus meningkatkan kerjasama dengan Posdaya sebagai binaan IPB untuk meningkatkan produk olahan pangan yang dihasilkan.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki aneka sumber pangan yang melimpah terutama dari bahan baku lokal seperti singkong dan ubi jalar.

Oleh karenanya sumber pangan lokal harus dikembangkan menjadi produk olahan yang selain menarik juga menggugah selera konsumen dan menawarkan asupan gizi yang baik bagi masyarakat.

“Kita harus sering bertanya ke konsumen dan harus menggali keinginan konsumen. Sehingga produk olahan kita bisa terus ditingkatkan mutunya sesuai selera konsumen. Ini sangat terkait dengan pasar yang dituju. Dengan bisa melihat keinginan konsumen, otomatis pangsa pasar produk olahan sudah bisa diterima oleh konsumen atau masyarakat,” ujarnya.

Dr. Aji menambahkan di era globalisasi saat ini, permintaan konsumen akan produk pangan terus berkembang. Konsumen tidak hanya menuntut produk pangan bermutu, bergizi, aman, dan lezat, namun juga sesuai selera atau bahkan dapat membangkitkan efek gengsi atau berkelas bagi yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, inovasi atau kreasi terhadap produk pangan tidak hanya terfokus pada mutu, gizi, dan keamanan semata. Namun aspek selera konsumen (preferensi) juga patut dipertimbangkan.

Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Pengabdian pada Masyarakat Prof. Dr. Sugeng Heri Suseno menyampaikan bahwa ada banyak sekali program LPPM IPB di bidang pengabdian masyarakat dan sasarannya tidak hanya di Lingkar Kampus IPB, tetapi juga ke wilayah-wilayah di Indonesia lainnya seperti Tapanuli Utara, Lombok, Jawa Timur dan lain sebagainya.

“Maka pelatihan ini sangat baik untuk bisa menampilkan produk-produk olahan yang dihasilkan oleh Posdaya untuk bisa dijual atau di tampilkan di IPB. Produk olahan dari Posdaya ini bisa jadi menu pada rapat-rapat yang ada di IPB. Olahan pangan dari bahan baku lokal banyak manfaatnya dan sebagai pengganti karbohidrat dari beras dan terigu. Pertumbuhannya banyak dan tersebar di seluruh pedesaan maupun di perkotaan, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Jenis umbi-umbian antara lain singkong, ubi jalar, dan talas merupakan umbi harapan untuk dikembangkan menjadi produk olahan yang bergizi dan enak dimakan,” ujarnya.

Sementara Koordinator Tim Pengabdian Posdaya, Ir. Yannefri Bakhtiar, M.Si menyampaikan bahwa salah satu poin dari kegiatan tim pengabdian IPB tahun 2018 dalam bidang Posdaya adalah membangkitkan potensi dan kearifan lokal yang diolah dan dikembangkan oleh Posdaya menjadi kue-kue yang enak, lezat dan sehat dikonsumsi, sehingga mampu menyokong perekonomian keluarga.

“Pelatihan ini juga diharapkan dapat meningkatkan keahlian, meningkatkan rasa kepercayaan diri dan mampu melihat peluang bisnis dari olahan pangan yang dibuat oleh masing-masing Posdaya. Sehingga nantinya siap untuk ditampilkan atau dipasarkan di Agripoint Pasar Rakyat LPPM IPB,” tuturnya.

Sementara itu, narasumber dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB Dr. Tjahja Muhandri menjelaskan bahwa sekarang ini konsumen tidak hanya menuntut aspek kenikmatan dari produk pangan tetapi juga menghendaki aspek kesehatan dan keamanan. Hal ini juga berlaku untuk produk pangan lokal. Oleh karena itu, jika ingin merebut hati konsumen, maka produk pangan lokal harus mampu untuk menjawab tuntutan konsumen yang terus berkembang.

“Produk pangan lokal harus senantiasa dikembangkan terutama menyangkut aspek kesehatan dan keamanan. Berbicara mengenai mutu pangan, maka keamanan pangan merupakan syarat mutu pangan yang baik. Tidak ada artinya berbicara cita rasa dan nilai gizi atau sifat fungsional yang baik jika produk pangan tersebut tidak aman untuk dikonsumsi,” ujarnya. (Awl/Zul)