25 radar bogor

Bima Arya Sebut Kota Bogor Ibukota Indonesia Secara de Facto

Bima Arya saat menghadiri Kongres XXXVI Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dari seluruh Indonesia di Green Forest Hotel, Jalan R.E. Soemantadiredja, Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Rabu (12/09/2018) malam.

BOGOR-RADAR BOGOR, Dalam berbagai kesempatan, Walikota Bogor Bima Arya sering menyampaikan jika Kota Bogor saat ini sebagai Ibukota secara de Facto negara Republik Indonesia.

Hal itu karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) tinggal di Kota Bogor (Istana Bogor) dan kerap pula melakukan rapat kerja serta menerima kunjungan tamu kenegaraannya.

Walikota mengungkapkan hal tersebut saat memberikan sambutannya di Kongres XXXVI Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dari seluruh Indonesia bertempat di Green Forest Hotel, Jalan R.E. Soemantadiredja, Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Rabu (12/09/2018) malam.

“Seperti ditayangkan sekilas wajah Kota Bogor tadi dengan segala pernak-pernik dan dinamikanya, karena ingin kami sampaikan kepada seluruh penjuru republik ini bahwa Bogor ini sebagai kota yang sangat bangga atas kebersamaan dalam keberagaman,” jelas Bima.

Meski memang dalam politik segala sesuatunya bisa memiliki banyak tafsiran. Tetapi, katanya, bagi yang tinggal di Bogor akan menikmati segala dinamika dan keberagamannya. Tidak pernah ada konflik berarti, baik itu vertikal maupun horizontal di Kota Bogor.

Dikatakannya, pusat-pusat ibadah berdampingan dengan damai di Kota Bogor. Kegiatan-kegiatan keagamaan berjalan dengan baik di kota ini. Menghargai perbedaan itu merupakan warisan dari nenek moyang secara turun temurun.

“Kalau saudara-saudara memasuki Kota Bogor dan melihat ikon Kota Bogor, di sebelah kanannya itu ada Lawang Salapan sebagai ikon baru yang kita bangun dua tahun lalu. Di situ dipahat dengan huruf yang sangat tegas. Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga. Tidak semua tahu artinya, tapi ini digali dari kata-kata yang termaktub dan diwariskan di Kitab Sunda Kerajaan Pajajaran,” paparnya.

Jadi, diterangkan Bima, arti rangkaian kalimat tersebut adalah kebaikan yang turun temurun, dari masa ke masa yang dipertahankan.

Oleh karena itu, dirinya kagum atas apresiasi dari GMKI yang telah menampilkan kebudayaan dengan nuansa yang sangat indah.

Tapi ia ingin menggaris bawahi bahwa kebudayaan bukan hanya sekedar pakaian, tarian, tapi kebudayaan sebagai nilai-nilai yang diwariskan. (dn/Albi-Magang/Foto:Indra-SZ)