25 radar bogor

Tempat Sampah Unik Buatan Mahasiswa IPB, Bisa Bicara dan Tidak Berbau

BOGOR-RADAR BOGOR           Sampah merupakan masalah terbesar di Indonesia yang disebabkan kurangnya kesadaran diri di masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menciptakan tempat sampah unik bernama Comfybin yang dapat mengurangi bau sampah dan mengeluarkan suara apresiasi.

Tempat sampah unik tersebut merupakan ciptaan tiga mahasiswa IPB yaitu Farel Firman, Giri Nugroho dan Anisa Agustina Ansory dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Ide cemerlang itu lolos sebagai salah satu finalis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta 2018 yang dibimbing oleh Dr. Ir. I Made Sumertajaya, MSi.

Farel menceritakan bahwa ide Comfybin muncul atas keprihatinan mereka dengan permasalahan sampah di sekitar kampus, sekaligus upaya menyadarkan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.

“Sebenarnya ide ini tercetus dari lingkungan sekitar kontrakan saya yang ada tempat sampah besar dan mengeluarkan bau menyengat. Banyak orang yang mencoba untuk menghindari bau sampah tersebut. Sehingga muncul ide untuk mendesain tempat sampah yang tidak mengeluarkan bau. Dan agar menarik, tempat sampah juga dilengkapi dengan aplikasi sensor yang bisa mengeluarkan suara,” jelas Farel.

Anis menerangkan bahwa desain Comfybin dilakukan sendiri oleh tim dengan memodifikasi tempat sampah yang sudah ada. “Kita coba buat sendiri desainnya dengan memanfaatkan tempat sampah yang sudah ada, tinggal dimodifikasi. Kita buat dua lapisan untuk menempatkan sensor yang akan mengeluarkan suara apresiasi dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda untuk daerah Jawa Barat dengan memanfaatkan sensor. Kata-kata yang akan didengar “terimakasih sudah menjaga kebersihan lingkungan kita”. Sedangkan zeolit (karbon aktif) kita berikan di cerobong untuk menyaring udara yang keluar dari dalam tempat sampah,” terang Anis.

Rencananya Comfybin dapat menjadi tempat sampah portable dan bisa diaplikasikan di berbagai tempat. “Kita bisa memanfaatkan tempat sampah yang sudah ada, kemudian cukup dimodifikasi. Kita bisa gunakan sumber listrik berupa baterai, powerbank, atau aki. Rencananya kita mau tempatkan tempat sampah ini di taman kota, penampungan sementara di sekitar rumah, kampus, dan sekolah dengan menyesuaikan bahasa daerah masing-masing,” ujarnya.

Anis dan tim berharap desain alat ini dapat dibuat secara massal oleh pemerintah daerah untuk membiasakan perilaku membuang sampat di tempatnya.

“Harapannya tempat sampah ini dapat menjadi salah satu proyek pemerintah daerah, edukasi untuk anak-anak dan mahasiswa, dan dikembangkan lagi dengan adanya pemilahan sampah dan sinyal otomatis apabila tempat sampah sudah penuh. Kita berharap pemerintah dapat memanfaatkan produk anak bangsa untuk pengadaan tempat sampah yang dapat mengurangi pencemaran udara dan edukatif,” harap Anis dan tim. (UAM/zul/mg2)