25 radar bogor

Cegah Kepunahan, Ratusan Tuntong Laut Dilepasliarkan

pelepasan tuntong laut di Aceh Tamiang (Istimewa)
pelepasan tuntong laut di Aceh Tamiang (Istimewa)

JAKARTA-RADAR BOGOR, PT Pertamina EP melestarikan lingkungan dan satwa liar di sekitar daerah operasinya. Kali ini, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini melepaskan 450 ekor tukik atau anak tuntong laut. Namun, upaya konservasi satwa yang nyaris punah tersebut tidak dilakukan sendiri melainkan bersinergi dengan masyarakat, TNI, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nangroe Aceh Darussalam dan Pemerintah Daerah dan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia (YSLI).

“Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan dari tahun ke tahun. Bahkan disini, Pertamina EP telah membangun pusat informasi Tuntong Laut,” ujar Field Manager, Pertamina EP Asset 1 Rantau Hari Widodo, saat melepas Tuntong Laut di Pantai Ujung Putus, Desa Pusong Kapal, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang, Minggu (19/8).

Pertamina EP melalui program keanekaragaman hayati melaksanakan program berkelanjutan tersebut untuk menyelamatkan tuntong laut. Dengan begitu, kondisi spesies yang terancam punah ini bisa dilestarikan.

Kegiatannya pun bukan sekedar melepas anak Tuntong Laut ke laut namun juga juga menanam 10.000 batang bakau
Melalui program tersebut, diputuskan bahwa keikutsertaan dalam upaya penyelamatan tuntong laut tidak hanya berakhir pada penyelamatan telur, kemudian diretas, ditangkar dan dilepaskan ke habitatnya.

Sebagai anak usaha Pertamina yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, Pertamina EP juga memberikan dukungan terhadap survei dan patroli secara berkala untuk memastikan telur tuntong laut aman setelah dilepasliarkan.

Untuk konservasi tuntong laut, Pertamina EP bekerja sama dengan YSLI sebagai pelaksana lapangan. Pertamina EP Field Rantau bersama aktivis lingkungan YSLI melakukan konservasi tuntong laut sejak 2013, karena dihadapkan pada kenyataan, spesies yang dulu berkembang biak di wilayah ini, berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN) kini menjadi urutan ke 25 dari 327 spesies dunia yang hampir punah.

Tuntong laut masuk kategori spesies kura-kura air tawar, yang lokasi persebarannya terletak di wilayah Sumatra, Kalimantan, Malaysia, dan Thailand. Saat dewasa, satwa ini bisa berukuran 50-70 cm dengan berat bisa mencapai 25 kilogram.

Satwa ini habitatnya di daerah muara sungai hingga sekitar empat kilometer ke arah hulu sungai yang masih dipengaruhi pasang surut air laut. Bertelur di pesisir pantai seperti penyu.

Satwa yang banyak mengkonsumsi daun, dan akar muda serta buah bakau ini menghabiskan lebih dari 90 persen waktunya di dalam air. Sesekali muncul dan berjemur di pinggir sungai atau di atas kayu-kayu yang sudah mati.

Saat ini, keberadaan Tuntong Laut sudah jarang sekali ditemui. Hal ini dipicu perburuan liar untuk dijadikan hewan peliharaan atau dikonsumsi. Telurnya sangat disukai sebagai salah satu bahan pembuat makanan tradisional lokal.

Menurut Ketua YSLI Yusriono, perburuan besar-besaran terjadi pada 1990-an guna memenuhi permintaan hewan peliharaan di Malaysia, Thailand, maupun Tiongkok.

Hal itu yang menjadi pemicu utama kepunahan tuntong laut. Sementara, tingkat perburuan yang masif tidak diimbangi daya dukung alam terhadap kemunculan tuntong laut baru.

Namun sekarang sudah punya payung hukum dari pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang telah menerbitkan Qanun atau Perda demi melindungi tuntong laut.

Kondisi nyaris punah inilah yang mendorong Pertamina EP Field Rantau untuk mendesain program berkelanjutan. Tidak saja langkah konservasi tetapi mempersiapkan eco wisata Tuntong Laut.

Bahkan pada Agustus 2017 lalu, Pertamina EP Field Rantau telah memulai membangun pusat informasi yang memaparkan seluruh informasi tentang koservasi satwa Tuntong Laut.

Berkat upaya pelestarian satwa Tuntong Laut ini, Pertamina berhasil meraih penghargaan dari The La Tofi School of CSR dalam ajang Indonesia Green Awards 2014 untuk kategori Pengembangan Keanekaragaman Hayati.

“Penghargaan tersebut sebagai bukti bahwa Pertamina tak hanya sekedar mengejar profit, tetapi juga mendukung konservasi satwa langka di wilayah sekitar operasinya,” ujar Wakil Bupati Aceh Tamiang Insyafuddin.

Batagur Borneoensis atau dikenal dengan tuntong laut ini merupakan salah satu spesies yang nyaris punah dan tidak ditemukan lagi selama 10 tahun terakhir di daerah sebarannya khususnya di Sumatera Utara.

Hanya di beberapa daerah satwa ini masih ditemukan dalam jumlah kecil. Salah satunya di perairan hutan bakau Aceh Tamiang.

Di pesisir pantai Ujung Tamiang YLSI melakukan patroli menyelamatkan telur-telur tuntong laut dari serangan buaya, babi hutan atau perburuan manusia. Mereka juga mendata dan mengembalikan tuntong laut betina ke perairan setelah bertelur di pesisir. Para penggiat tersebut merupakan warga setempat.

Sejak 2013 sampai saat ini, sudah ada sebanyak 1.627 Tuntong Laut dikembalikan ke habitatnya dilepas ke laut setelah ditetaskan.

Komitmen Pertamina EP Rantau Field Asset 1 terhadap pelestarian satwa Tuntong Laut, penanaman pohon bakau dan kepedulian terhadap lingkungan daerah operasi telah dibuktikan dengan pencapaian program penilaian peringkat kinerja perusahaan (PROPER). Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) telah menganugerahkan predikat emas selama tiga kali berturut-turut mulai dari 2014 silam.

“Insya Allah anugerah dari pemerintah akan terus kami pertahankan. Tahun ini kami harapkan, Pertamina menerima kembali PROPER emas dari KLHK,” tutur Hari Widodo.

(srs/JPC)