25 radar bogor

Anak Muda Harus Kuat

(Wulan/ Radar Bogor) SEMANGAT: Para peserta kemah kebangsaan berfoto bersama panitia dan narasumber di Mako Brimob Kedung Halang, tadi malam.

BOGOR–RADAR BOGOR,Memasuki hari kedua kegiatan Kemah Kebangsaan Bela Negara di Mako Brimob Kedung Halang, sebanyak 178 peserta yang terdiri dari pelajar SMA Kota dan Kabupaten Bogor menyimak berbagai materi yang disampaikan para narasumber, seperti konsultan Bank Dunia, Ronny Adhikarya, CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu, juga Ketua Apkomindo, Muzzakir, Sabtu (18/8).

Ketiganya bergantian menyampaikan materi berisikan semangat dan motivasi sesuai pengalaman mereka. Menjadi pemateri motivator pertama, Ronny mencontohkan salah satu anak muda yang kini sukses membangun Go-Jek yaitu Nadiem Makarim.

“Sudah kaya di New York, ia pulang ke Indonesia untuk berinovatif, kreatif menciptakan Go-jek yang saat ini semua orang pakai,” serunya.

Ia berharap, semua peserta yang merupakan anak muda milik Bogor khususnya harus mencontoh salah satu orang sukses dan mengikuti jejak mereka.

“Kalian harus kreatif, inovatif, harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat atau orang banyak saat ini dan ada peluang di sana. Cari apa yang belum ada,” tegas Ronny.

Apalagi, kata dia, zaman sekarang sudah sangat canggih. Memudahkan setiap orang mencari apa pun hanya dengan tersambung ke internet. “Kalian harus terus update perkembangan, masuk ke sana, kreatif, inovatif. Tidak juga melupakan untuk saling membantu,” tuturnya.

Masuk ke pemateri dua, disampaikan oleh CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu yang menceritakan pengalamannya sejak kecil hingga ia sukses dan konsisten dengan apa yang menjadi passionnya, yaitu menjadi wartawan.

Kata dia, zaman dulu, ia menjalankan kehidupan yang sangat susah. Hidup di pulau terpencil jauh dari hingar bingar perkotaan. Ke sekolah, ia pun harus berjalan kaki dengan sendal jepit, tak jarang tanpa alas kaki.

Lulus lima tahun tingkat SD, 2 tahun di SMP dan 2 tahun tingkat SMA di Ambon, Maluku. Lalu ia pindah melanjutkan pendidikan SMA di Makassar.

“Sulit sekali hidup saya, makan nasi hanya di hari Jumat, itu juga gak pasti. Tapi saya terus semangat, belajar, kerja apapun, jadi nelayan dan sebagainya,” ungkapnya.

Cita-citanya dulu menjadi seorang guru yang dianggap sebagai profesi paling mulia pada zaman itu. Namun, singkat cerita, lulus di IKIP dengan nilai cumlaude, Hazairin pun menolak menjadi dosen. Ia memilih menjadi wartawan.

Yang ia tegaskan dalam mengisahkan pengalamannya yaitu berharap, semua generasi muda, khususnya peserta kemah tersebut harus menggantungkan cita-cita yang diimbangi dengan kerja keras menggapainya.

“Paling penting lagi adalah jujur. Kalau sekali kita berbohong, itu akan menjadi malapetaka terhadap karir dan masa depan kita sendiri suatu saat,” cetusnya.

Terakhir, kata Hazairin, semua anak tidak boleh lupa jasa orangtua mereka. Sehingga apa yang telah orangtua berikan dan perjuangkan untuk menghidupi anak-anaknya harus dijadikan motivasi. Di akhir, ia pun mengajak para peserta untuk sama-sama mendoakan orangtua masing-masing yang dipimpin olehnya.

Sementara, ikut mengisi materi singkat, Ketua Apkomindo Bogor sekaligus ketua Festival Merah Putih 2018, Muzzakir menambahkan kisahnya yang hingga kini sukses di usaha bidang teknologi selama 20 tahun.

Ia berharap, peserta bisa meneruskan apa yang menjadi profesi Muzzakir saat ini, yaitu pengusaha.

“Usaha atau bisnis, merupakan salah satu profesi mulia dalam Islam. Saya harap kalian bisa menambah jumlah pengusaha muda di Indonesia yang angkanya masih kurang dari angka ideal,” tutup Muzzakir. (ran/c)