25 radar bogor

Kunci Sukses Anak Sang Pejuang 45 Ini jadi Kisah Inspiratif

Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Ir. Hj. Lita Ismu Yuliyanto, MM
Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Ir. Hj. Lita Ismu Yulitanti, MM.

CIBINONG-BOGOR, Pengaruh orang tua dalam menentukan masa depan anak tentunya tak dapat dipisahkan dari kisah sukses para pejabat.

Tak terkecuali bagi Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Ir. Hj. Lita Ismu Yulitanti, MM. Gemblengan orang tua yang juga seorang pejuang Kemerdekaan era 45 ini, dianggap menjadi kunci sukses ibu dua anak ini.

Sejak awal karirnya sebagai stap teknis di Dinas Pekerjaan Umum (PU) 1989. Lita yang menekuni dunia arsistektur tak pernah merasa terbebani oleh tugas meskipun pekerjaan yang dilakoninya menyita banyak waktu dan tenaga.

“Dulu PU tangani banyak urusan. Dari soal teknis, bangunan jembatan, irigasi, sekolah SD SMP hingga MI. Namun tetap saya enjoy jalaninya,” tukas Lita saat di ruangannya.

Tuntutan kerja yang begitu padat, pada akhirnya membuat Lita mampu bekerja dengan mengatasi berbagai hambatan. Dari soal membagi waktu untuk beristirahat hingga megurus anak.

“Waktu saya menjabat kasi. Anak pertama saya yang berumur lebih dari satu tahun terus diajak ngantor. Saat nyetir mobil, saya gendong,” ucapnya.

Akibatnya, sesekali Lita harus menepi ke pinggir jalan untuk menyusui anaknya saat ia rewel karena haus. “Alhamdulillah bisa sampai kantor,” ucapnya.

Cerita itu menjadi contoh kecil, perjuangan Lita dalam meniti karirnya. Meski telah melalui banyak rintangan, Lita mengaku tak pernah menemukan rintangan berarti dalam karirnya. Lantaran doktrin sang Ayah.

“Ayah saya selalu berpesan. Setiap langkah kita ibadah. Kita tidak boleh ambisius dan yakin bahwa semua sudah di takdirkan. Jadi semua rintangan terasa ringan saya rasa,” ucapnya.

Ia bercerita, kedisiplinan dan komitmennya dalam bekerja adalah bentukan dari sang ayah yang merupakan prajurit TNI Angkatan Darat tahun 1945. Sang ayah yang bernama Hadisoekamto menjadi figur edola baginya.

“Orang tua saya selalu ajarkan kedisiplinan dan kejujuran. Selain tegas dan disiplin ayah saya juga tak segan menunjukan kepedulian pada anaknya,” tuturnya.

Hal itu dirasakan Lita saat dirinya masih kecil. Setiap awal sekolah, sang ayah selalu menyempatkan waktu untuk mengantarnya.

“Sejak saya sekolah sampai ketika saya awal bekerja. Ayah saya antar saya dan hendak bertemu atasan saya pak Fauji Si’in (kadis era Bupati Ediyoso),” ucapnya.

Karena itulah, Lita tak pernah bisa melupakan jasa sang Ayah. Hingga ketika sang ayah tutup usia di tahun1993 lalu, Lita terus memperhatikan kondisi sang ibu yang masih hidup.

“Sebagai bentuk pengabdian saya. Ibu saya yang masih hidup terus saya perhatikan ,” ucapnya.

Ayah tercintanya meninggal usai pensiun dari jabatan Dosen Sekolah Komando Angkatan Darat ( Seskoad).

Di sekolah militer dengan jargon Terbaik, Terhormat dan Segani itu, ayahnya telah banyak mencetak prajurit militer yang telah bersumbangsih pada negeri. Diantaranya, Panglima ABRI 1993,  Edi Sudrajat hingga wakil Presiden era Soeharto yaitu Jenderal Tri Sutrisno. (pem/*)