25 radar bogor

Bogor Surganya Jutawan, dari Tukang Sirkus sampai Buruh Cuci Piring. Siapa Saja Mereka?

ilustrasi
ilustrasi

BOGOR-RADAR BOGOR, Pertumbuhan ekonomi boleh saja melambat, bisnis juga belum kembali pulih seratus persen, namun populasi jutawan di negara ini justru terus bertambah.

Dalam laporan kekayaan atau Wealth Report 2018 yang dirilis Knight Frank, jumlah orang Indonesia dengan kekayaan lebih dari 5 juta dollar AS setara Rp70,88 miliar mencapai 19.010 orang. Jumlah ini meningkat hampir 11 persen bila dibandingkan tahun lalu sebanyak 17.180 orang.

Lantas bagaimana dengan Bogor? Berdasarkan data terbaru BPS Kota Bogor jumlah orang kaya  Kota Bogor hingga sekarang mencapai 18.822 kepala keluarga. Mereka masuk dalam kategori keluarga  sejahtera III plus.

Jumlah ini meningkat dari tahun 2013 yang hanya berjumlah 18.437 kepala keluarga. Dari data tersebut menyebutkan kenaikan juga terjadi pada jumlah warga miskin Kota Bogor. Jika di tahun 2013 ada 9.241 kepala keluarga pra sejahtera. Jumlah ini naik menjadi 9.377 kepala keluarga.(wil/ind)

Berikut hartawan-hartawan hebat di Bogor :  

Jansen Manansang 
Tukang Sirkus Pemilik Taman Safari

Pernah menjadi tukang sirkus, siapa sangka Jansen Manangsang kini menjadi bos Taman Safari Indonesia (TSI). Jansen harus melewati jalan panjang mendirikan kebun binatang pertama di ASEAN itu.

Berkecimpungnya di dunia satwa terilhami sang ayah yang sering melakukan pertunjukkan bersama kelompok sirkus oriental. Pria kelahiran Jakarta 1942 ini pun sering ikut ke sana ke mari dengan ayahnya Hadi Manansang. Kala itu Hadi seorang kepala sirkus oriental Indonesia pada 1965.

“Sejak kecil saya latihan sepenjang hari seperti misalnya handstand 30 menit, sulap, melatih hewan dan banyak lagi,” kenangnya. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Pada 1985, Jansen dan ayahnya resmi membuka TSI. Di bawah kepemimpinannya kini TSI menjadi kebun binatang terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara.

Kini, bisnis yang dijalankan oleh Jansen pun meluas ke berbagai daerah. Selain Taman Safari Indonesia Bogor, ia mendirikan Taman Safari Indonesia di Prigen Jawa Timur, Taman Safari Indonesia di Bali, Royal Safari Garden Hotel di Bogor, serta Batang Dolphin Center di Pekalongan Jawa Tengah. (fik/d)

Au Bintoro
Rambah Bisnis Properti

Nama Olympic tentu sudah tak asing lagi. Merek furniture ini memang sukses di tangan Au Bintoro. Namun siapa sangka, semua keberhasilnnya itu berawal dari profesi sederhananya sebagai pembuat boks speaker.

Au Bintoro menceritakan, sekitar 1980, terlintas di benaknya toko furniture terlalu membebani konsumen dengan ongkos kirim yang begitu besar. Itu lantaran beratnya produk furniture sehingga membutuhkan banyak orang untuk mengangkatnya.

Selain itu, kondisi truk kecil hanya mampu mengangkut beberapa meja belajar saja. Sehingga tidak efisien. “Di situ saya punya ide membuat sebuah meja yang dapat dibongkar pasang, praktis, ringan dan bisa diangkut dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu truk,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Kemudian dia mencoba membuat meja dari bahan baku boks speaker yang dimiliki. Hasilnya sukses. Au Bintoro mampu menciptakan meja yang lebih kecil, ringan, dan mudah dibongkar pasang. Meja belajar baru itu tersusun dari serpihan-serpihan papan partikel dengan perekat sekrup yang bisa dicucuk-cabut.

Kini bukan hanya bisnis furnitur. Au pun merambah bisnis properti lainnya. Seperti Hotel Sentul 8 dan Hotel Olympic International Hotel. “Saya lebih konsen ke propertinya dibantu putri bungsu saya, Imelda Fransisca, sedangkan anak pertama dan kedua saya yang akan melanjutkan bisnis furniture,” ujarnya. (gal/d)

Guntur Santoso
Buruh Cuci Piring Jadi Raja Publishing

Bagi seorang Guntur Santoso, bekerja dan berusaha bukan hal sulit untuk dilakukan. Semua diawali kerja kerasnya dan mau melakoni beragam pekerjaan. Mulai dari pelayan toko roti, buruh bangunan hingga tukang cuci piring.

Guntur bercerita pada 1978 ia melanjutkan kuliahnya ke Kanada.  Tinggal di luar negeri tak lantas membuatnya berpangku tangan. Setelah lulus, bapak dua anak tak langsung kembali ke Indonesia. Anak ke 4 dari 7 bersaudara ini sempat bekerja sebagai pelayan di toko roti di Kanada. Singkatnya Guntur lalu pulang ke Tanah Air dan bekerja di perusahaan kontraktor.

Lambat laun, pria yang kini aktif di bidang sosial itu memiliki keinginan untuk membuka usaha. Pada 1992 dia pun memulai usaha di bidang kertas. Bisnisnya kian berkembang. Perusahaan pertamanya bergerak di bidang kertas kualitas premium dan dikenal dengan Paperina.

Seiring perkembangan pesat desain grafis, Paperina berkembang dan tumbuh. Bahkan dia juga mengembangkan bisnis-bisnis lainnya. Salah satunya Red and White Publising.(mer/d)

Harlan Bengardi
Terapkan Filosofi Perusahaan

Kiprahnya di dunia usaha tak diragukan lagi. Senior Vice President Agricon Group, Harlan Bengardi itu sukses menjalankan bisnis agronomi.  Anak perusahaan yang ada di bawah bendera Agricon Group saat ini sudah mencapai tujuh anak perusahaan.

Meski milik keluarga, pengelolahan perusahaan dilakukan profesional.  Harlan dan sang kakak, Chaerul Bengardi tetap konsisten dengan filosofi perusahaan. “Menjalankan bisnis dengan menyatukan filosofi keberkahan dan rida Tuhan, dan pengembangan sumber daya manusia,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Filosofi berikutnya kata Harlan, yakni berbuat yang terbaik dan mencari keuntungan bersama hal di tengah persaingan bisnis yang super ketat saat ini. Konsep tersebut sudah diterapkan dari sang pendiri yakni Tatang Bengardi.

Bahkan pria kelahiran Bogor, 12 Februari 1973 ini pun mengaku dengan konsep bisnis tersebut diatas lebih memberikan kesuksesan yang lebih besar. “Sudah diterapkan, diturunkan dari almarhum ayah saya. Yang dituangkan dan dijadikan sebagai filosofi perusahaan,” terang Harlan.

Harlan mengaku konsep dan filosofi yang dipegangnya merupakan hasil kontemplasi dari masa lalu yang kelam dan kompleks. Bahkan Harlan sempat melalui masa kelam. Misalnya pergi dari rumah bekerja menjadi karyawan kafe di Batam. Singkatnya setelah melewati perjalanan panjang Harlan kembali ke keluarganya dan menjalankan roda bisnis.(mer/d)

Badrus Salam
Si Hebat dari Bogor Barat

Di Kabupaten Bogor bagian barat, nama Badrus Salam cukup dikenal.  Dia berhasil membangun tiga unit usaha. Yakni penyewaan alat-alat berat seperti eskavator, jasa angkut bahan-bahan material dengan menyewakan unit tronton dan supplier bahan baku bentonit ke beberapa perusahaan ternama.

Pria yang disapa Badru itu menceritakan mulanya merintis karir sebagai salah satu staf di Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Kala itu dia dikirim ke Arab Saudi dan bertugas sebagai staf pengiriman dokumen. Enam tahun di Arab, Badru mengajukan cuti dan pulang ke kampung halamannya di Nanggung.

Seiring waktu berjalan, Badru memilih mengembangkan berbagai jenis usaha yang kini mendulang kesuksesan. Seperti pengadaan bahan material jenis betonit. “Saya suplai bahan bakunya ke Narogong dan Bantar Gebang. Di sana ada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan bahan baku material jenis betonit. Perbulannya saya bisa kirim hingga 5000 ton,” jelasnya.

Selain pengiriman material betonit dan pengadaan eskavator, Badru juga mengembangkan unit usahanya ke penyewaan dumtruk untuk mengangkut bahan-bahan material. Saat ini, ada 25 unit truk yang ia sewakan setiap hari untuk berbagai kebutuhan dan kepentingan. Sementara untuk eskavator, ia memiliki delapan unit wheel loader dan 5 unit eskavator. “Itu yang selalu kita sewakan dan layak operasi setiap hari,” imbuhnya.

Dari semua usaha-usaha itu, ternyata ia sendiri yang langsung turun mengawasi dan menangani. Bukannya tidak percaya. Namun dengan turun langsung mengawasi ada banyak persoalan yang bisa langsung ditangani.

“Misalnya ada alat berat yang rusak. Saya harus tahu apa sebabnya. Sehingga bisa langsung ambil tindakan agar segera diperbaiki. Kalau melalui orang lain, pasti nanti ada laporan dulu, cek administrasi, baru lapor ke saya. Padahal muaranya semua di saya. Kenapa tidak saya saja yang langsung mengambil keputusan,” jelasnya.(cr3/d)

Maman Daning
Pernah Jadi Pedagang Keliling

Pada 2008 silam, nama H Maman Daning menjadi sorotan lantaran keikutsertaannya di pemilihan bupati Bogor. Meski tak bisa menduduki kursi orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman, Maman sukses di dunia usaha.

Di wilayah timur Kabupaten Bogor, dia menjadi salah satu hartawan ternama. Berbagai usaha yang digeluti membuatnya memiliki banyak pundi-pundi rupiah. Usaha tersebut di antaranya di bidang teknik.

Awal mula perjalannya sebagai pengusaha diawali 1980an. Maman melanjutkan usaha yang dikembangkan orang tuannya di bidang teknik. Meski demikian dia mengaku pernah menjadi pedagang keliling.  “Aktivitas saya sekarang sehari-hari bermasyarakat,” katanya.

Data yang tercatat terakhir pada pilkada silam, kekayaan Maman mencapai Rp105,884 miliar. Saat ditanya soal itu? Ia mengaku tidak pernah menghitung kekayaannya. “Buat apa dihitung-hitung harta gak dibawa mati,” katanya.(don/d)

Endang Iskandar
Juragan Truk Berijasah SD

Tak bisa mengeyam bangku pendidikan hingga tingkat SMA bukan berarti menjadi penghalang menjadi seorang hartawan. Endang Iskandar atau Edi, pengusaha yang namanya cukup terkenal di wilayah utara Kabupaten Bogor itu terlahir pedagang yang tak sanggup membiayai pendidikannya. Namun, kini dia menjadi pengusaha armada tambang di Kecamatan Rumpin.

Berapa jumlah truk tronton yang dimilikinya? Lelaki yang belum genap menginjak usia 40 tahun ini sudah memiliki 27 truk tronton. Padahal dulu  Edi dikenal sosok menyeramkan. Julukan preman tersemat kepada dirinya. Lebih dari 10 tahun lamanya, Edi hidup di jalanan, berpenghasilan tidak tetap bahkan seringkali tak satu rupiah pun didapatnya. Ia bertekad mengumpulan modal untuk membeli truk. “Awalnya kredit satu truk lunas beli lagi, terus menerus sampai sekarang punya 27 truk tronton,” ujar Edi.

Dia mengaku ilmu yang dimilikinya hanyalah pengalaman. “Dulu saya sekolah susah,” katanya. Intinya, sambung Edi, selain tekad, terpenting yakni doa orang tua yang tidak pernah putus. Berkat usahanya kini, Edi setidaknya sudah mampu membahagiakan kedua orang tuanya pun dirinya juga istri dan kedua anaknya. “Enggak mau neko neko, asalnya orang susah enggak mau belagu, takutnya susah, enggak ada temen, kan semua ini hanya sementara,” katanya.(wil/d)