25 radar bogor

Etika Penjaga Kebun, Melahirkan atau Urusan Domba

Ilustrasi
Ilustrasi

SAYA dan isteri jalan-jalan ke kebun ingin melihat-lihat saja. Ada pelbagai macam tanaman, ikan di kolam-kolam, dan ternak domba disana.  Ah, pokoknya semua menyejukkan, sampai tibalah kami di kandang domba.

Kandang itu kosong. Lho, kemana domba-domba itu.  Semua domba, termasuk anak-anaknya.

Si penjaga kebun menjelaskan, mereka sudah lama tidak ada. Kenapa?  Jawabannya sungguh mengejutkan saya, anda tidak usah menanyakan, bagaimana reaksi isteri.  Penjelasan sangat singkat, karena isteri penjaga kebun hamil.  Saya terdiam, hilang selera dan langsung pulang.

Dalam keadaan tertekan, si penjaga kebun menjual domba-domba untuk biaya melahirkan. Sesederhana itu.  Ia tidak merasa perlu meminta ijin dulu. Mana yang lebih penting, melahirkan atau urusan domba.

Etiket adalah sopan-santun. Bagaimana meminta ijin, apa yang harus disampaikan, bagaimana bersikap.  Orang berpendidikan akan menggunakan bahasa yang baik.

Orang yang mempunyai adat, misalnya Sunda, akan menggunakan bahasa yang setepatnya, dengan kata-kata yang halus.

Perkara apakah akan diberi atau tidak itu soal lain.Orang beretika, bicara soal niat. Niat untuk meminta bantuan. Entah bagaimana caranya.

Sebagai pedoman, setiap orang ingin membuat orang lain gembira atau bahagia.  Ya, sekurang-kurangnya tidak membebani orang lain. Orang sering melakukan apa yang disebut ‘Kaidah Emas’ (Golden Rules). Sederhana sekali!

Perlakukan orang lain, sebagaimana anda ingin diperlakukan. Atau hal itu dapat disampaikan dengan kalimat negatif, ‘Jangan perlakukan orang lain, bila anda sendiri tidak ingin diperlakukan demikian’.

Dengan demikian, dari sisi etika, jelas sekali tidak ada orang yang ingin menerima perlakuan si penjaga kebun. (*)

Imam Soeseno, pernah mengajar di Sekolah Bisnis Prasetiya Mulya dan Pascasarjana IPB