25 radar bogor

Koperasi Binaan Indocement Meraih Tanda Kehormatan Nasional

Dedi Ahmadi saat menerima penghargaan Satya Lencana Pembangunan dan Bakti Koperasi dalam rangka Hari Koperasi Indonesia.
Dedi Ahmadi saat menerima penghargaan Satya Lencana Pembangunan dan Bakti Koperasi dalam rangka Hari Koperasi Indonesia.

CITEUREUP-RADAR BOGOR, Upaya maksimal PT Indocement/Tiga Roda dalam mendongklang perekonomian masyarakat melalui koperasi menuai hasil.

Selain mampu meningkatkan perekonomian warga, koperasi binaan Indocement juga meraih penghargaan tingkat nasional. Seperti Koperasi Rancage, Desa Pasirmukti, Citeureup.

Belum lama ini, Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, memberikan penghargaan kepada Dedi Ahmadi, Ketua Koperasi Rancage.

Bertempat di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Tanggerang, Banten, Kamis (12/7/2018), Puspayoga didampingi oleh Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia, Nurdin Halid, memberikan kepada Dedi Ahmadi, penghargaan Satya Lencana Pembangunan dan Bakti Koperasi dalam rangka Hari Koperasi Indonesia.

Penghargaan ini merupakan pengakuan atas jasa dan bakti Dedi Ahmadi dalam memajukan kegiatan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah.

Koperasi Rancage yang terletak di Desa Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup, merupakan koperasi yang terbentuk pada 2013.

Koperasi ini merupakan koperasi produksi yang anggotanya berprofesi sebagai pengrajin-pengrajin alat rumah tangga dan industri dengan bahan dasar kaleng.

Berbagai produk rumah tangga seperti oven, toples dan kompor hingga peralatan industri seperti cerobong asap dan ducting ac diproduksi oleh Koperasi Rancage.

Dedi Ahmadi menceritakan bahwa pada awalnya Desa Pasir Mukti merupakan pusat pengrajin-pengrajin barang olahan kaleng.

“Pada sekitar tahun 2000-an pengrajin-pengrajin di Desa Pasir Mukti melakukan penjualan produk secara sporadis, kami semua saling sikut-sikutan untuk memperebutkan pelanggan,” katanya.

“Pada waktu itu pengrajin-pengrajin yang tidak memiliki modal dan pasar yang tetap mulai kesulitan untuk bertahan. Sehingga pelan-pelan kearifan lokal ini mulai luntur. Saya berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh pengrajin dengan tekad mempersatukan para pengrajin ini agar kami semua mendapatkan hasil penjualan yang sama rata,” paparnya.

Menurutnya, tingkat penolakan terhadap gagasan ini sangatlah tinggi. Pengrajin-pengrajin yang memiliki modal dan jaringan pemasaran yang kuat enggan berbagi.

“Namun saya melakukan pendekatan-pendekatan persuasif kepada mereka, saya datangi rumah-rumah mereka dan Alhamdulillah pada akhirnya mereka mau bergabung,” jelasnya.

Setelah itu ia mulai berkumpul untuk menyiasati penyelesaian permasalahan ini. Kebetulan saat itu ia didampingi oleh tenaga ahli dari CSR Tiga Roda. Atas saran mereka dibentuklah  sebuah Kelompok Usaha Bersama.

“Kami juga dilatih kewirausahaan, konsistensi produk, teknik akutansi dasar, hingga pengenalan terhadap konsep koperasi oleh Tiga Roda,” ujarnya.

Hasil dari pelatihan tersebut,  pada 2013 pihaknya memberanikan diri untuk membentuk koperasi yang bernama Rancage, yang dalam Bahasa Sunda berarti cakap, gesit dan tangkas.

Hingga saat ini jumlah anggotanya terus berkembang hingga mencapai 65 orang yang seluruhnya pengrajin-pengrajin kaleng.

“Saat ini kami terus berinovasi untuk menciptakan produk-produk unggulan dari material kaleng lainnya dan telah memiliki unit bisnis lainnya seperti produksi kerajinan tangan dan produksi olahan makanan kecil. Kami bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas tanda kehormatan yang didapatkan ini,” ungkapnya.

Koperasi Rancage merupakan salah satu wujud nyata yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam mendorong tercapainya ekonomi kreatif yang juga sesuai dengan Nawa Cita butir ke-7, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. (*/ysp)