CIGOMBONG–RADAR BOGOR, Sejak diresmikan pada 2007 lalu, Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BBR BNN) Lido sudah merehabilitasi sekitar 9.455 orang pecandu narkotika. Sementara tahun ini, sejak Januari hingga Juni, tercatat 577 pecandu yang sudah dinyatakan sembuh.
”Itu dari 33 provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Semua ikut program rehabilitasi di sini secara gratis,” beber Kepala BBR BNN Ali Azhar pada Radar Bogor kemarin (15/7).
Menurut dia, ada beberapa program rehabilitasi yang diterapkan di BBR BNN. Di antaranya, penyembuhan secara medis dan sosial. Kedua program ini sudah menjadi program utama yang dinilai efektif bagi residen.
”Jadi ada residen anak, wanita dan pria. Untuk residen anak, program itu jangka waktunya dua bulan. Begitu juga untuk wanita, ada jangka empat bulan hingga enam bulan. Sesuai dengan berat narkotika yang dikonsumsi oleh mereka,” jelas Ali.
Program itu juga didukung oleh berbagai paduan materi yang digembleng secara intens. Tujuan utamanya untuk mengurangi rasa kecanduan terhadap barang haram tersebut. Termasuk soal mental, spiritual, dan emosi dari para residen tersebut.
Bahkan, para residen diberikan pemantapan secara vokasional. Seperti pemberian pelatihan salon dan sablon, kemudian juga menanam berbagai buah dan sayuran. ”Bahkan ada dari mereka yang sudah menciptakan lagu. Di sini semua fasilitas lengkap, juga dengan dokternya,” sahutnya.
Untuk saat ini, BBR BNN Lido masih merehabilitasi 232 residen yang masih berjuang melawan rasa ketergantungannya terhadap barang haram tersebut. “Setiap hari saja ada empat sampai lima orang yang ingin mendaftar,” pungkas Ali.
Balai rehabilitasi dianggap sebagai ruang penyembuhan bagi para residen. Banyak kebiasaan berubah dari para pecandu narkoba ini. RM (22) misalnya. Residen asal Kota Jakarta ini, mengaku mendapat pencerahan selama berada di BBR BNN.
“Saya udah jalan empat bulan di sini. Selama di sini sangat-sangat berharga sekali, banyak program yang terstruktur. Seperti pembentukan tingkah laku, pengelolaan aspek emosi dan psikologis, dan keterampilan bekerja,” aku RM pada Radar Bogor.
RM yang dulunya sebagai seorang entrepreneur yang berjualan sepatu online itu mengaku menyesal menggunakan barang haram tersebut sebagai ’penyembuh’. “Kami semua junky (drug addict), tak ada aktivitas di luar. Makanya kita larinya ke narkoba,” ungkap RM.(dka/c)