25 radar bogor

Caleg Wajah Pilkada

BOGOR-RADAR BOGOR,Wajah bakal calon legislatif (bacaleg) pada pemilihan legislatif (Pileg) 2019, bakal diisi oleh sejumlah muka lawas. Bahkan, di antaranya merupakan eks cakada yang kalah di pemilihan kepala daerah (Pilkada) 27 Juni lalu.

Para calon kepala daerah yang belum diberikan amanah masyarakat untuk memimpin daerah, rupanya, telah mengambil sikap.

Setidaknya, di Kabupaten Bogor ada calon wakil bupati nomor urut 1, Bayu Syahjohan yang akan maju ke DPRD Provinsi Jawa Barat dapil Kabupaten Bogor melalui PDIP; calon bupati nomor urut 4, Gunawan Hasan yang maju ke DPR RI dapil Kabupaten Bogor melalui Partai Berkarya; dan calon bupati nomor urut 5, Ade Wardhana Adinata yang akan maju ke DPR RI di dapil Kabupaten Bogor melalui PKB.

Sedangkan di Kota Bogor, ada calon wali kota nomor urut 1 Achmad Ru’yat yang akan maju ke DPRD Provinsi Jawa Barat dapil Kabupaten Bogor, dan wakilnya Zaenul Mutaqin akan kembali melanjutkan perjuangannya maju di DPRD Kota Bogor melalui dapil Bogor Barat.

Adapun, calon wali kota Bogor nomor urut 4 Dadang Iskandar Danubrata akan maju ke DPRD Kota Bogor melalui PDIP di dapil Bogor Selatan bersama wakilnya Sugeng Teguh Santoso.

Pengamat politik Yusfitriadi tak aneh melihat fenomena tersebut. Menurutnya, ada konstruksi politik yang tidak sehat dalam membangun dinamika politik yang berkualitas. Pertama, mantan calon yang merasa sudah memiliki basis massa harus dikapitalisasi politik.

Kedua, bukan rahasia umum jika anggota legislatif di Indonesia untuk mengadu nasib politik. Kalau mereka memiliki jargon memperbaiki masyarakat, mengubah tatanan sosial, menyejahterakan masyarakat, itu hanyalah sebuah jargon.

“Orang-orang yang mencalonkan legislatif adalah orang-orang yang belum selesai dengan masalah pribadinya, lalu mereka ingin menyelesaikan masalah orang lain, ini konstruksi yang saya pikir tidak sehat. Pileg muka cakada,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Mengenai peluang antara pilkada dan pileg, kata Yus, itu berbeda. Jika pilkada spirit sosok, pileg tak hanya sosok, melainkan spirit parpol yang mengusungnya juga. Apalagi, saat ini masyarakat sudah banyak yang tidak respek lagi kepada partai politik. Sehingga bisa memengaruhi tingkat keterpilihan mantan calon kepala
daerah di anggota legislatif nanti.

“Menurut saya peluang (menang) tetap ada, tapi kecil kemungkinannya. Karena memang tim-tim yang bergerak untuk pilkada itu spiritnya beragam. Ada loyalis, mesin partai, ada juga pragmatis saja. Apalagi ketika ada komunitas yang dikecewakan pada pileg kemarin. Saya pikir itu akan berimplikasi tidak baik,” terangnya.

Sementara itu, mantan calon bupati Bogor, Ade Wardhana Adinata yang maju ke DPR RI dapil Kabupaten Bogor dengan PKB mengatakan, alasannya maju ke RI karena ingin ada putra daerah yang betul-betul memperhatikan pembangunan Kabupaten Bogor ke depan.

Sebab, saat ini hanya orang-orang luar yang ikut menjadi calon di Bogor. Keputusannya berangkat dari PKB pun karena istikharah dan konsolidasinya bersama para ulama yang mendukungnya pada saat pencalonannya menjadi calon kepala daerah Kabupaten Bogor.

“Ada suara 168 ribu itu murni dari kesadaran masyarakat memilih saya untuk cabup kemarin tanpa embel-embel apa pun. Suara itu harus tetap dihargai, jangan sampai harapan mereka pupus ketika menginginkan perubahan dan perbaikan,” ungkapnya.

Terpisah, mantan calon wali kota Bogor, Achmad Ru’yat mengaku, dirinya mendapatkan instruksi dari pusat untuk maju ke DPRD Provinsi Jawa Barat dari dapil Kabupaten Bogor.

Ia pun akan segera membangun komunikasi politik dengan masyarakat, untuk memperjuangkan-nya. Selain itu, juga dengan bupati Bogor terpilih dan gubernur Jawa Barat terpilih, agar Kabupaten Bogor bisa mendapatkan perhatian sebagai kabupaten yang jumlah penduduknya terbesar se-Indonesia.

“Intinya, sebagai calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat harus pandai-pandai membangun komunikasi dengan gubernur terpilih dan bupati terpilih agar terjadi sinkronisasi kebijakan anggaran yang menyejahterakan masyarakat Kabupaten Bogor,” pungkasnya.(gal/c)