BOGOR–RADAR BOGOR, Banyaknya keluhan air mati, ternyata imbas dari pengerukan yang dilakukan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor di Intake Ciherang Pondok (Cipon). PDAM melakukan pengurasan Sungai Cisadane, akibat sedimentasi di sekitar Dam Intake Cipon sejak Senin (9/7).
Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Syaban Maulana melalui Sekretaris Perusahaan Rinda Lilianti menjelaskan, pengurasan lumpur merupakan maintenance instalasi guna memaksimalkan pelayanan air yang mumpuni kepada masyarakat.
“Pengurasan sudah dijadwalkan agar kualitas air dapat terjaga sesuai standar, karena keluhan kerap muncul dari pelanggan, yang mendapatkan air keruh di rumah mereka,” kata Rinda, Selasa (10/7).
Rinda menambahkan, pembersihan endapan lumpur yang terbawa banjir Sungai Cisadane ini harus dilakukan karena menurunkan debit air baku yang mengalir ke IPA Dekeng dan Cipaku hingga 100 liter per detik (l/det).
“Jadi, saat banjir Sungai Cisadane, lumpurnya masuk ke dua unit bak presed Intake Cipon. Lama-lama menumpuk dan mengurangi debit air baku ke (IPA) Dekeng kondisi normal 1.600 l/det jadi 1.500 l/det. Lumpur itu harus segera dibersihkan karena kalau dibiarkan lama-lama akan menyumbat pipa transmisi air baku ke Dekeng,” ujar mantan Kepala Bagian Produksi PDAM Kota Bogor itu.
Teknisnya, lanjut dia, operator Intake Cipon akan membersihkan lumpur dengan mesin khusus dengan mendorong material ke IPA Dekeng melalui jalur pipa transmisi air baku.
“Lumpur itu akan dibuang melalui skur yang dibuka petugas bagian Transmisi dan Distribusi. Jadi, diharapkan lumpurnya tidak sampai ke Dekeng,” jelas Rinda.
Kepala Sub Bagian Humas dan Sosial PDAM Kota Bogor R. Poppi Rustanti menambahkan, pengurasan lumpur ini merupakan kegiatan rutin saat terjadi pengendapan tinggi di bak prasedimentasi Intake Cipon. ”Pengerukan ini merupakan program untuk pemeliharaan Intake Cipon.
Tujuannya untuk menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelayanan,” ujar mantan kepala Sub Bagian Litbang Investasi dan kepala Sub Bagian Hubungan Langganan itu.
Menurut Poppi, pengurasan tersebut diupayakan tidak mengganggu distribusi air bersih. Namun, pelanggan di zona 3 dan 4 diminta tetap menampung air untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kami upayakan (tidak terjadi gangguan), karena optimalisasi IPA Dekeng sudah rampung. Tapi, pelanggan kami imbau tetap menampung air untuk antisipasi level Reservoir Pajajaran, Cipaku dan Merdeka rendah,” kata Poppi.
Adapun gangguan pengaliran di wilayah 4 RW, RW 7,11,12 Ciwaringin Bogor Tengah dan RW 1 Kedungjaya Tanahsareal diakibatkan level Reservoir Merdeka tidak mampu mencapai tinggi maksimum, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan air pelanggan di wilayah tersebut secara 24 jam.
”Tidak maksimumnya level Reservoir Merdeka ini seperti halnya sebuah efek domino. Seperti yang kami jelaskan sebelumnya melalui hak jawab Mimbar Bebas Radar Bogor,” jelasnya.
Sebelumnya, keluhan air mati tidak hanya dari warga Taman Muara. Puluhan warga di tiga RW dari Kelurahan Ciwaringin dan satu RW di Kelurahan KedungJaya pun mengeluhkan hal sama. Sejak puasa, air sulit mengalir ke rumah mereka. Keluhan tersebut, disampaikan Ketua RW 12 Kelurahan Ciwaringin, Nur Ahmad.
”Lama, sejak bulan puasa sering mati. Ada empat RW, RW 7, 11, dan 12 di Kelurahan Ciwaringin dan RW 1 di Kelurahan Kedungjaya. Karena berdekatan makanya kami tahu,” jelasnya kepada Radar Bogor.
Menurut Ahmad, matinya air memang bukan mati total. Melainkan, mati pada jam-jam di mana air sangat dibutuhkan. Seperti jam mau berangkat kerja atau pagi hari. Juga jam tiga sore sampai jam delapan malam.
”Kami sudah sering melaporkan hal ini ke PDAM Tirta Pakuan. Tapi tanggapannya ya begitu, debit air baku kesulitan katanya,” ungkap Ahmad.(ran/c)