CIBINONG–RADAR BOGOR,Sepekan terakhir, harga telur ayam tembus angka Rp30 ribu, dari yang biasanya Rp23 ribu per kilogram. Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Bogor menduga, melonjaknya harga telur ayam di pasaran dipengaruhi karena merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berada di angka Rp14.407.
“Kenaikan harga telur ayam karena merosotnya nilai tukar rupiah dan adanya perang dagang antara negara Amerika Serikat dengan Tiongkok,” kata Kabid Perdagangan Disdagin Kabupaten Bogor, Jona Sijabat kepada Radar Bogor.
Selain itu, dia melanjutkan, mahalnya harga pakan ternak yang umumnya impor dan melambungnya ongkos produksi menjadi alasan peternak ayam menaikkan harga telur.
“Pakan ternak ayam kan lebih banyak didatangkan dari Australia, Amerika Serikat atau negara lainnya. Kalau nilai tukar rupiah terjadap USD merosot, otomatis harga pakannya naik dan harga telur ayamnya juga ikut naik,” terangnya.
Sementara itu, Kasi Pengadaan dan Penyaluran Disdagin Kabupaten Bogor, Ravi menjelaskan, selain ongkos produksi naik, produksi telur ayam juga mengalami penurunan sebesar 20–30 persen. Jumlah indukan ayam di peternakan berkurang hingga produksi telur ayamnya pun ikut menurun.
“Kalau kenaikan harga beras bisa kita lakukan operasi pasar atau murah, tetapi kalau harga telur naik kita tidak bisa berbuat banyak. Kami saat ini menunggu kebijakan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan,” tandasnya.
Terpisah, salah seorang pedagang telur ayam di Pasar Cibinong, Yusuf (37) mengaku, sejak naiknya harga telur, penjualan pun menurun drastis. Menurutnya, jika biasanya rata-rata satu pemilik warung nasi membeli telur ayam 4 kilogram, kini menjadi hanya 3 kilogram.
“Iya, Mbak. Jadi pada berkurang beli telurnya. Katanya sih takut enggak balik modal, karena harga telurnya mahal. Sekilo aja saya jual Rp29 ribu,” tandasnya.(wil/c)