Masih ingat dengan Nanang Sukandar atau yang dikenal sebagai Mr Nanang? Penjual cincau di bilangan Pajajaran yang kuasai empat bahasa asing secara otodidak dan pintar dalam mata pelajaran sains. Bagaimana
kisahnya kini?
Laporan:Rany Puspitasari
Nama pria penjual cincau ini memang sudah terkenal setelah dirinya sering tampil di berbagai media, baik cetak, online maupun televisi. Pria kelahiran 7 Juni 1966 ini sangat dikenal dengan kepandaiannya berkomunikasi menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Pintarnya dalam berbahasa Inggris berawal saat dia menjadi tour guide di salah satu agen travel di Jawa Timur pada akhir 1985 silam. Nanang yang pintar dan sempat bersekolah selama tiga bulan di SMAN 1 Kota Bogor, terpaksa pindah ke SMK Yayasan Teknologi (Yatek) karena masalah keluarga.
Ditinggal ayah sejak usia dua tahun, membuat Nanang dibesarkan dalam keluarga broken home dan diurus ibu serta nenek dan kakeknya. Ia mengaku baru ketemu lagi dengan sang ayah ketika dirinya kelas 3 SMP.
“Ceritanya panjang, saya berasal dari keluarga broken home, dengan berbagai kekurangan yang ada,” ungkap Nanang kepada Radar Bogor.
Nanang yang tidak miliki biaya saat lulus SMK Yatek, harus menelan pahit-pahit kesempatannya kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sudah diperolehnya.
“Saat itu saya sudah meminta bantuan ke ayah, namun tidak dibolehkan, sehingga saya pun tidak bisa kuliah di ITB,” tambah Nanang.
Tidak putus asa, ia pun langsung mencari pekerjaan dan diterima sebagai tour guide di salah satu travel yang bermarkas di Jawa Timur. Pekerjaannya ini membuatnya banyak membaca buku dan mengembangkan ilmu berbahasa asing.
Nanang banyak membaca buku dan mempraktikkannya langsung dalam pekerjaannya membawa turis-turis mancanegara berlibur di wilayah Indonesia. Sampai dirinya pun pintar berbahasa asing seperti sekarang.
Bapak dua anak ini pun bercerita bahwa sempat dibawa ke Inggris oleh salah satu turis, yang pernah berhubungan dekat dengannya, bernama Stephany Clair. “Saya diajak ke Inggris gratis, mengunjungi berbagai kota di sana, pengalaman yang menarik,” ungkapnya.
Ia pun sempat diajak teman dekat wanita lainnya asal Swiss ke negara wanita tersebut berasal. Sayang, salah satu alasan mendesak membuat dirinya batal berangkat.
Singkat cerita, Nanang yang sudah tidak muda memilih berjualan cincau pada 2012 silam dengan menyewa gerobak lengkap. Semenjak terkenal, dirinya sekarang mengajar di dua sekolah di Bogor, sebagai guru kesenian di SMP Bina Putra Katulampa dan guru kimia, matematika dan fisika di Yatek Baru.
Meski mengajar, dirinya pun tidak melepaskan usahanya berjualan cincau tiap Sabtu dan Minggu, lantaran ingin memberikan contoh kepada anak muda zaman sekarang bahwa berwirausaha itu sangat bagus.
“Belanda, Prancis, mereka negara dagang, semua senang berdagang, sementara di Indonesia, anak-anak muda malah senang kerja kantoran, sedangkan jiwa wirausaha kurang. Ini yang harus digalakkan di Indonesia.
Makanya, saya masih berjualan di tengah jadwal mengajar karena saya ingin memberikan contoh bahwa berdagang itu lebih baik,” cetusnya.(*)