25 radar bogor

Perjuangan Para Korban KM Lestari Maju

KARAM: Petugas memeriksa kondisi KM Lestari Maju sekaligus mencari korban. Salah satu bayi yang diselamatkan tim SAR (foto insert).

Tragedi KM Lestari Indah menyisakan cerita haru. Mulai dari kepedihan keluarga yang kehilangan sanak-saudaranya karena menjadi korban maupun hilang.

Warganet dihebohkan dengan tersebarnya foto seorang bayi diperkirakan berusia sekitar 1 tahun, yang selamat dalam tragedi tersebut. Terlihat ekspresi wajah sang bayi menangis saat dikelilingi petugas yang masih dibungkus pelampung.

Salah seorang penumpang, M Shabir Dg Ngitung mengungkapkan bahwa ibu bayi tersebut Ny Ferdy. Menurutnya, sang ibu tetap menjaga bayinya sejak kapal karam hingga pertolongan datang.

“Saya sama-sama ibu dan bayinya di atas kapal menunggu evakuasi,” ucap Shabir yang merupakan aktivis BKPRMI Sulawesi Selatan.

Sementara itu, Rini Nurianti (29) dan anak laki-lakinya Abizar (2) menjadi korban KM Lestari Maju. Rini, saat kejadian tersebut tengah mengandung anak keduanya.

Mereka ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Sempat beredar di media sosial, foto seorang ibu yang kenakan pelampung sedang menggendong anak laki-laki. Ia duduk di pinggir kapal yang posisinya telah miring, wajah ibu itu ketakutan.

Kabar tersebut disampaikan oleh rekan kakaknya melalui akun Facebook yang bernama Ina Anas. Dalam foto tersebut, Ina mem-posting foto almarhum bersama anaknya ketika berada di atas kapal saat kejadian. Dalam foto yang diunggah, ia juga menuliskan duka yang mendalam.

”Adik dari teman kami, bidan Ridha Arbia lagi hamil kasian…. Selamat jalan dek Rini, surga menantimu bersama anak dan janinmu. Perjuangan seorang Ibu, Al Fatihah.”

Sementara, korban selamat Abdul Haris (37) bersama putrinya, Nur Inayah (13) mengaku awalnya memilih duduk di lantai dua KM Lestari Indah. Pekerja swasta asal Selayar ini mengungkapkan detik-detik karamnya kapal.

Menurutnya, peristiwa nahas ini bermula saat penumpang berteriak di kabin kapal ada air masuk. Haris pun berinisiatif mengambil pelampung. Barulah semua penumpang berebutan mengambil pelampung. Mereka panik dan histeris. Nur Inayah, putri kandungnya terinjak oleh penumpang lainnya.

Saat itu, dia berupaya menggapai putrinya yang berada di lantai dua.

”Saya langsung gendong anakku, saya pakaikan pelampung, saya juga pakai,” akunya.

Karena kapal miring ke kiri, mereka bergegas ke sisi kanan kapal. Lantai dua sudah dimasuki air. Kendaraan roda dua, roda empat dan kendaraan besar lainnya sudah bergeser dari posisinya.

Semua penumpang tambah panik. Anak-anak dan balita ikut histeris. Ada yang memilih melompat. Ada pula yang memilih bertahan di atas kapal. Dia justru memilih melompat bersama anaknya.

Saat ia lompat, dia berpisah dengan anaknya. Inayah tetap berada di lantai atas kapal. Karena memegang sandaran besi. Dia memaksa anaknya untuk tetap lompat.

”Lompat nak, lompak nak,” ajak Haris sambil menjulurkan tangannya.

Inayah menuruti permintaan bapaknya. Saat mereka kembali bersama, Haris kemudian menaikkan Inayah ke atas pundaknya. Empasan ombak dengan tinggi sekitar dua meter dia rasakan.

Setelah itu, Haris melihat perahu karet. Dia berenang untuk menggapai perahu tersebut. Lalu menyelamatkan Inayah ke perahu karet. Sekitar 20 penumpang lainnya juga ikut naik di perahu karet itu.

Namun, mereka kembali dihantam ombak besar. Semua penumpang kembali terjatuh dan terhambur dari perahu karet. Tak ada pilihan lain selain menggapai kembali perahu karet. Karena itu, Haris berteriak dan meminta laki-laki yang berusaha naik kembali untuk turun.

Hanya perempuan dan anak-anak yang boleh naik ke perahu.

”Saya sempat teriak tidak ada yang boleh egois, jangan hanya mementingkan diri sendiri, saling tarik, kalau seperti itu maka kita akan meninggal semua,” bebernya.

Lalu dia mengajak kepada penumpang lain untuk berdoa. Sebab, mereka sudah tidak punya kekuatan lagi. Sisa berserah diri kepada Allah SWT. Haris memimpin doa. Diikuti penumpang lainnya.

Doa mereka pun dikabulkan. Ombak yang sebelumnya menghantam dan mengham­burkan mereka, justru kembali menyelamatkannya.

”Tidak lama kemudian kami kembali digempur ombak, tetapi kami tidak jatuh, justru mengarahkan kami ke tepian pulau,” akunya.

Sejumlah warga yang berada di Pulau Pa’baddilang mengulurkan tali kepada mereka. Satu per satu diselamatkan.

”Sekitar dua jam kami berjuang, alhamdulillah semua selamat yang ada di perahu,” ucap dia.

Salah satu korban selamat asal Bulukumba, Ekha Nursalam Suardi justru mengaku tidak lompat saat kejadian. Dia berupaya mengendalikan pikirannya agar tidak panik. Dia pun mencari titik tertinggi kapal untuk menyelamatkan diri.

”Saya cari pelampung ternyata sudah habis, makanya saya lari ke atas,” sebutnya.

Bahkan, dirinya sempat mengabarkan kepada keluarganya terkait kondisi yang dia alami. Juga, mengabadikan sejumlah peristiwa dalam bentuk dokumentasi foto dan video. Setelah itu, dia menunggu tim untuk mengevakuasi yang menyelamatkannya sekitar pukul 16.00 Wita.

Kabid Dokkes Polda Sulsel Kombes R. Harjuno bersama tim telah mengidentifikasi 35 korban meninggal atas karamnya KM Lestari Maju di perairan Selayar. Para korban meninggal telah diserahkan kepada pihak keluarga.

Sementara hingga pukul 16.30 wita, korban selamat yang berhasil dievakuasi sudah mencapai 155 orang. (*/jp)