25 radar bogor

Konsep Kreatif Mahasiswa IPB dalam Menjaga

Berangkat dari keresahan akan isu lingkungan yang semakin memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Lima mahasiswa IPB; Ahmad Lani, Dian Utami, Triyogo Aleksandria, Nur Darojatin Hidayah, dan Primanisa Hadiningtias mendirikan Rumah Kardus. Seperti apa?

Laporan : Tria Ayu Lestari

Isu lingkungan menjadi berita hangat di dunia dan akhirnya menghasilkan satu konsep bernama sustainable development goals atau pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelan­jutan di masyarakat ini belum tersebar luas.

Ketua kelompok, Ahmad Lani dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, mengatakan, Rumah Kardus (rumah karya desaku sekarang) didirikan untuk menye­barluaskan informasi bagai­mana cara menyelamat­kan dunia yang sebenarnya sudah dirumuskan oleh berbagai negara dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan.

“Jadi, kami ingin merumuskan konsep supaya masyarakat itu tahu. Yakni lewat Rumah Kardus ini,” bebernya.

Ahmad menjelaskan konsep Rumah Kardus ini berupa bank sampah. Kegiatannya sendiri melalui program 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Diharapkan, melalui Rumah Kardus ini, masyarakat bisa menambah wawasan mereka tentang konsep pembangunan berkelanjutan, dan timbul kesadaran untuk menjaga lingkungannya.

Dan secara tidak langsung, dengan adanya bank sampah, masyarakat sudah melakukan beberapa sasaran yang ada di pembangunan berkelanjutan.

“Alhamdulillah, bank sampah ini sudah terbangun dan tinggal menunggu SK-nya. Kegiatan ini sudah berjalan sekitar dua bulan,” ujarnya.
Ahmad melanjutkan, konsep ini baru terealisasikan di Kelurahan Situgede, Kampung Cilubang Mekar, tepatnya di RW 08. Sasarannya adalah ibu-ibu kelompok wanita tani (KWT) di desa tersebut.

“Kita bekerja sama dengan warga di sana. Membangun bank sampah yang namanya Rumah Kardus. Sebagai penggerak dari pembangunan berkelanjutan agar masyarakat itu tahu langkah-langkah menye­lamatkan dunia,” bebernya.

Sebagai langkah utama, katanya, dilakukan berbagai penyuluhan, pengenalan pembangunan berkelanjutan, apa saja programnya, lalu melakukan pelatihan- pelatihan. Di antaranya pembuatan kompos, dan membuat kerajinan tangan dari sampah yang sudah didaur ulang.

“Desa Cilubang Mekar ini dipilih karena di sana belum terdapat tempat pembuangan sampah (TPS). Warga masih membuang sampahnya ke kali, dibakar, dan dikumpulkan di belakang rumah sampai menumpuk,” terangnya.

Untuk itu, pihaknya memberikan solusi yakni dengan mendirikan bank sampah. Sementara mobil pengangkut sampah akan datang dan mereka akan dibayar. “Jadi, bank sampah ini adalah solusi pengganti TPS yang memang belum ada di sana,” pungkasnya.(*/c)