25 radar bogor

Gunung Agung Masih Bisa Erupsi Lagi

REUTERS/Johannes P. Christo ERUPSI: Wisatawan luar negeri saat berfoto dengan latar Gunung Agung. Diketahui, Gunung Agung masih berpotensi erupsi.
REUTERS/Johannes P. Christo
ERUPSI: Wisatawan luar negeri saat berfoto dengan latar Gunung Agung. Diketahui, Gunung Agung masih berpotensi erupsi.

JAKARTA–Sudah kurang lebih enam bulan Gunung Agung di Bali aktif. Terakhir menyebabkan Bandara I Gusti Ngurah Rai dan Bandara Jember ditutup akibat debu vulkanik yang menutupi ruang udara pada Jumat lalu (29/6). Menurut Kepala Pisat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, masih ada peluang Gunung Agung kembali erupsi.

Menurut Kasbani, dari data erupsi Gunung Agung di tahun-tahun sebelumnya biasanya terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan. Misalnya saja pada 1963, Gunung Agung selama satu tahun aktif. ”Bahkan pernah lebih dari itu. Ini baru enam hingga tujuh bulan,” katanya kemarin (30/6).

Namun Kasbani optimis jika sampai pertemuan IMF-World Bank Oktober nanti, gunung ini tidak akan erupsi besar. Pasalnya magma di dalam gunung masih memiliki banyak ruang. Sehingga kubah lava belum terbentuk.

Menurut data yang dimiliki PVMBG hingga sebelum tanggal 27 Juni lalu, baru sepertiga magma saja yang memenuhi gunung. Artinya masih banyak ruang hingga akhirnya terbentuk kubah lava.

”Kalau mengacu erupsi sebelumnya, Gunung Agung menghasilkan awan panas. Sedangkan awan panas itu bisa terjadi jika ada kubah lava atau ada tekanan besar dari bawah. Sementara ini belum ada indikasi ada tekanan,” ucapnya.

Kasbani tidak memungkiri jika masih memungkinkan adanya erupsi dalam skala kecil. Untuk itu tim PVMBG masih memasang jarak aman untuk beraktivitas adalah 4 km dari puncak gunung. ”Kalau dilihat dari fenomenanya, mulai menurun jika dibandingkan dengan 27 Juni lalu. Namun belum stabil,” kata Kasbani. Artinya masih ada kemungkinan untuk adanya erupsi.

Dia mengatakan jika dampak erupsi tidak hanya dialami mereka yang di darat. Abu vulkanik yang timbul akibat aktivitas gunung, justru bisa bergerak lebih jauh.

”Pada 29 Juni lalu sebenarnya tinggi kolom abu hanya 2000 meter. Namun berlangsung terus menerus dan arah angin ke bandara. Sehingga bandara ditutup,” katanya.

Sementara itu, Ngurahma yang tinggal di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem Bali itu mengatakan jika masyarakat sekitar hanya mengungsi pada malam hari.

”Sejak 27 Juni kalau malam ada suara gemuruh seperti mesin pesawat jet dari gunung,” katanya kemarin saat dihubungi Jawa Pos. Dia mengatakan jika aktivitas masyarakat masih normal. Bahkan untuk sektor pariwisata pun belum ada pengaruh signifikan.

Pria yang bekerja sebagai pengelola Pura Besakih itu mengatakan jika jumlah wisatawan masih banyak. Bahkan pada kemarin siang, jumlah kunjungan di pura tersebut mencapi 300 orang. Jumlah tersebut tergolong normal.

”Jangan takut untuk ke Pura Besakih,” ucapnya. Pengelola pun sudah memiliki rencana jika memang terjadi erupsi besar sewaktu-waktu. ”Kami sudah pasang tanda jalur evakuasi di tempat strategis. Selain itu alat pengeras juga terpasang. Jangan takut,” ungkapnya. (lyn)