25 radar bogor

Siapkan Strategi Hadapi Fenomena Buzzer

WORKSHOP: Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat Daerah Kota Bogor menggelar workshop terkait fenomena buzzer, kemarin (28/6).

BOGOR – RADAR BOGOR,Berkembangnya media sosial belakangan ini membuat setiap orang bisa menjadi produsen berita dan menyebarluaskan kepada pihak lain (buzzer). Padahal, kebenaran informasi tersebut belum terverifikasi dan cenderung palsu/hoax.

Mengantisipasi itu, Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat Daerah Kota Bogor menyiapkan langkah strategi dalam komunikasi kehumasan guna menghadapi fenomena buzzer dengan menggelar workshop bertajuk “Fenomena Buzzer dalam Strategi Komunikasi Kehumasan” di Hotel Permata, kemarin (28/6).

Pranata Humas Ahli Pertama Bagian Manajemen Strategi Komunikasi, Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Siko Dian Sigit Wijayanto menuturkan, di era modern seperti ini kekuatan internet sangat mendominasi.

“Namun harus diingat, sebagai pengguna internet masyarakat tetap harus melek akan dampak dan bahaya jika tidak bijak dalam menggunakannya,” ujarnya di sela-sela workshop.

Siko yang hadir sebagai pembicara menuturkan, secara umum buzzer memiliki arti sebagai seorang pendengung, atau dapat dikatakan “tim hore” dan pembisik.

Lebih tepatnya seorang buzzer itu bisa berkembang menjadi endorser dan influencer. Merekalah yang berperan untuk menggiring opini publik. Karena seorang buzzer adalah orang yang memanfaatkan media sosial miliknya guna menyebarluas­kan informasi.

“Seorang buzzer juga dapat melakukan suatu promosi atau iklan dari suatu produk maupun jasa pada perusahaan tertentu,” ungkapnya.

Masih kata Siko, manfaat menjadi buzzer dapat meningkatkan pengetahuannya untuk lebih peka. Karena tak dapat dimungkiri untuk menjadi seorang buzzer harus memiliki kemampuan berbicara yang baik di hadapan publik.

“Buzzer dapat dikatakan salah satu profesi yang menjanjikan untuk siapa pun yang gemar bermain media sosial,” ucapnya.

Apalagi, sekarang masyarakat sudah tidak bisa lagi menghindari yang namanya media sosial. Sebab, hampir setiap orang sudah memiliki gawai. Dari sanalah masyarakat mendapatkan informasi yang sangat cepat dari media sosial.

“Jadi, orang harus tanggap terhadap perubahan itu, untuk dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Jangan sampai media sosial ini hanya menyebar berita bohong (hoax) tapi juga harus dapat menyampaikan informasi-informasi yang benar dan bernilai positif untuk masyara­kat luas,” pungkasnya. (cr4/c)