25 radar bogor

Herman Amrullah, Bawa Smart Car ke London

DOKUMEN PRIBADI FOR KALTIM POST BERSIAP KE INGGRIS: Herman (kanan) bersama dua rekannya dari Tim Smart Car UGM, Jogjakarta.
DOKUMEN PRIBADI FOR KALTIM POST
BERSIAP KE INGGRIS: Herman (kanan) bersama dua rekannya dari Tim Smart Car UGM, Jogjakarta.

Mahasiswa Indonesia berhasil menembus lima besar kompetisi internasional bertajuk Shell Ideas360. Bertanding melawan 3.336 tim dari 140 negara. Dalam ajang itu, mereka membawa gagasan mobil pintar (smart car) yang dapat mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar dan rendah emisi.

DINA ANGELINA

ADA nama Herman Amrullah di balik pengembangan Smart Car Microalgae Cultivation Support (MCS). Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta itu bersama rekannya, Sholahuddin Alayyubi, menggagas mobil pintar.

Tim ini berhasil lolos hingga tahapan final kompetisi internasional yang diadakan oleh perusahaan Shell. Setiap tahun, lomba diadakan untuk mengundang seluruh ide mahasiswa dari berbagai penjuru dunia.

Mereka ditantang membuat inovasi baru untuk menghadapi tekanan dunia masa depan. Tahun ini tema pilihan ide mulai energi, makanan, hingga air.

Hebatnya, Herman dan kawan-kawan menjadi tim Indonesia pertama yang berhasil menembus babak final kompetisi bergengsi tersebut. Tim ini menawarkan ide dengan tema energi. Kepada Kaltim Post, Herman bercerita bahwa dia tertarik dalam pengolahan plastik. Latar belakang ini berangkat dari keprihatinan di lingkungan sekitarnya.

Mahasiswa 22 tahun itu merasa limbah plastik begitu merajalela di Tanah Air. Begitu mudah menemukan sampah plastik yang berserakan dan mencemari lingkungan.

Itu jadi bukti, plastik belum termanfaatkan dengan baik dan maksimal. Apalagi limbah plastik sudah menjadi permasalahan dunia dari waktu ke waktu dengan jumlahnya yang terus meningkat.

Dari situ, muncul ide untuk mengubah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Di bawah asuhan dosen pembimbing Hanifrahmawan Sudibyo dan Yano Surya Pradana, tim ini merancang sebuah mobil yang mampu mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar dengan memanfaatkan gas buang mobil.

Dia mengakui, proses konver­si memang sudah banyak dilaku­kan akademisi lain, walau dalam skala kecil. Masa­lah­­nya terletak pada proses konver­si bahan bakar butuh energi yang tidak sedikit.

“Kendalanya ener­gi yang dibutuhkan untuk kon­versi butuh suhu besar sekitar 500 derajat celsius, ini tidak seban­ding dengan minyak atau bahan bakar yang dida­pat,” sebutnya.

Timnya berpikir untuk memanfaatkan panas dari gas buang kendaraan dalam proses mengonversi limbah plastik menjadi bahan bakar. Dia menjelaskan, suhu dari panas gas buang kendaraan khususnya mobil dapat mencapai 400–800 derajat celsius.

“Idenya memanfaatkan suhu panas buang knalpot mobil yang bersumber dari mesin langsung. Panas ini kami alirkan ke reaktor tempat pengolahan plastik. Jadi yang kami manfaatkan adalah suhu panas,” bebernya.

Setelah itu, mereka akan menggabungkan suhu panas untuk proses konversi. Mobil pintar ini dilengkapi reaktor pirolisis yang dapat menampung sebanyak 2 kilogram sampah plastik.

Di situlah, proses konversi terjadi. Mobil ini juga memiliki teknologi MCS yang digunakan untuk mengurangi jumlah karbon dioksida (CO2) gas buang pada kendaraan.

“Ketika CO2 dari knalpot dibuang, gas dialirkan ke atas mobil. Kami letakkan tumbuhan microalgae untuk mengurangi jumlah CO2. Jadi, fokusnya pada konversi limbah plastik menjadi bahan bakar baru sekaligus mengurangi emisi gas CO2 yang dihasilkan pada knalpot,” jelasnya.

Menurut dia, pengembangan mobil pintar ini tidak hanya bisa memproduksi bahan bakar dan biofuel untuk energi bersih dari limbah plastik. Tapi juga menjawab permasalahan limbah plastik.

Dengan cara ini, sampah plastik dapat berkurang dan mendukung terciptanya lingkungan yang lebih baik. Bahkan mengurangi jumlah karbon dioksida yang mampu menekan dampak perubahan iklim.

Sesungguhnya, kata dia, penelitian soal mobil pintar sudah dilakukan sejak 2016. Herman mencoba ide tersebut dengan menganalisis dari suhu panas sepeda motor terlebih dulu.

Gagasan ini juga sudah pernah dia bawa dalam kompetisi internasional yang digelar di Indonesia beberapa waktu lalu. Tim terus memper­baiki hingga gagasan lebih sempurna seperti sekarang, mereka akhirnya unjuk gigi mengikuti lomba Shell.

“Waktu coba pakai suhu dari kendaraan motor, panasnya tidak mencapai kebutuhan 500 derajat celsius. Sementara dengan kendaraan besar seperti truk, tentu butuh bahan bakar lebih besar. Takutnya butuh reaktor yang lebih besar dan belum tahu bisa menguntungkan atau tidak,” ucap bungsu dari tiga bersaudara tersebut.

Sesungguhnya kali ini merupakan tahun kedua bagi Herman mengikuti kompetisi Shell Ideas360. Tahun lalu, dia gagal dalam seleksi tahapan pertama. Tak ingin putus asa, anak dari pasangan Amrullah Amony dan Nurjannah itu kembali mencoba. Ibarat ungkapan “usaha tak mengkhianati hasil”, dia dan kawan akhirnya berhasil menembus babak final dalam kompetisi tahun ini.

Mencapai semua itu bukan perjalanan yang mudah. Mereka harus melalui dua tahapan seleksi. Pertama formulasi ide pada November 2017. Dalam tahap awal ini, tim mengirim abstrak dan gambaran ide secara umum beserta foto proses kerja. Kompetitor tidak main-main, mereka berhadapan dengan 3.336 tim mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas dari 140 negara dunia.

Berkat kerja keras, tim Smart Car MCS masuk seleksi tahapan kedua yaitu pengembangan gagasan. Proses ini berlangsung Februari 2018. Tim yang lolos harus mengirimkan proposal dan pembuatan video sebagai perkenalan ide. Total yang lolos dalam tahap kedua ini sekitar 65 tim.

Pertengahan Mei kemarin, Herman menerima kabar bahwa ide mereka masuk lima tim terbaik yang berkompetisi di babak final atau stage pitch. Nantinya, tim Smart Car MCS harus mempresentasikan inovasi kepada juri secara langsung di London, Inggris. Sekaligus mendapat pelatihan intensif dari Shell London. Para finalis akan berkumpul di kota dengan ikon Big Ben ini pada 2–8 Juli.

Perwakilan Indonesia akan melawan empat tim tangguh. Kompetitor berasal dari American University of Sharjah (UAE), University of Texas at Austin (USA), University of Bordeaux (Prancis), dan University of Melbourne (Australia).

“Saat presentasi nanti, kami bawa handout berupa buku 3D dan gambaran mobil pintar berbentuk miniatur. Presentasi dilakukan selama 15 menit dan tanya jawab 10 menit,” ungkapnya.

Herman mengatakan, kom­petisi ini merupakan pengala­man pertama berlomba di luar negeri. Tapi, kompetisi dalam negeri dan bertaraf interna­sional sudah sering dia jajal. Dia merasa, kali ini tantangan lomba jauh lebih sulit, begitu pula dengan kompetitor dan juri yang lebih profesional.

Kendala lain juga datang dari bahasa. Mereka berlomba di Inggris yang membutuhkan bahasa Inggris British untuk berkomunikasi. Dalam beberapa waktu terakhir, Herman terus berlatih bahasa tersebut. “Biasanya saya hanya gunakan Inggris Amerika. Jadi, selain mempersiapkan presentasi dan materi, kami perlu melatih bahasa,” sebutnya.

Hal yang tak kalah penting yakni mencari dana. Ikut kompetisi di luar negeri membuat Herman masih bersusah payah mengumpulkan dana. Sebab, tak semua biaya menjadi tanggungan panitia.

Contohnya biaya visa dan materi berupa prototipe dan handouts menjadi tanggungan pribadi. Setidaknya kedua hal itu membutuhkan dana sekitar Rp 25 juta. Total biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 92 juta untuk tim Smart Car MCS.

“Kami masih memerlukan biaya sekitar Rp 77 juta untuk akomodasi di sana. Karena sejauh ini, kami sudah mengumpulkan dana pribadi Rp15 juta. Kami berharap, ada dana bantuan baik dari peme­rintah kota maupun perusahaan yang bisa mem­bantu,” harapnya.

Sebelum berangkat awal Juli mendatang, Herman dan tim akan bertandang ke Istana Presiden pada 26–27 Juni. Mereka diundang oleh Shell untuk bertemu Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Hadi Tjahjanto. Kemudian tim juga berkunjung ke kantor pusat Shell di Jakarta.

“Sebenarnya lima tim sudah dianggap juara. Nanti semua tim akan mendapat medali. Namun, tetap saja ada pemilihan dua juara yakni juara berdasar­kan juri dan berdasarkan audiens,”katanya. Ada pun cara meraih juara audience award yakni berdasar­kan voting melalui media sosial.

Audiens akan memilih pemenang dengan menunjuk video yang paling menarik. Masa voting ini sedang berlangsung hingga 5 Juli nanti. “Juara pilihan juri juga tetap memperhitungkan nilai voting ini sebesar 20 persen,” ucapnya. Herman berharap, warga Balikpapan, Kaltim, maupun seluruh Indonesia meluangkan waktu dan mendukung tim Smart Car MCS.

Setiap warga dapat memberikan voting mereka pada ‘Audience Choice Winner Award’. Caranya mudah, cukup masuk ke link http://www.shellideas360.com/audience-choice-awards/. Lalu, pilih “WHAT IF PLASTIC POWERED CARS?” dan centang tulisan “I’M NOT ROBOT”. Kemudian klik “VOTE”.
Sebagai informasi, voting tidak perlu menggunakan log in akun.

Namun, setiap satu perangkat elektronik hanya dapat melaku­kan voting sekali, double voting dapat dilakukan menggunakan perangkat elektronik lain misalnya handphone dan laptop.

Bagi donatur yang ingin memberikan bantuan kepada putra daerah ini bisa mendatangi kediaman orangtua Herman. Di Jalan DI Pandjaitan, RT 32, Nomor 2, Simpang 3, Gunung Guntur, Toko Masamba Raya, Balikpapan.(far/k8)