25 radar bogor

Pencarian Nihil Datangkan Rohaniwan

CARI KORBAN: Warga dan tokoh agama setempat melempar bunga setelah berdoa untuk para penumpang yang menjadi korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba Sumatera Utara, kemarin (22/6).
CARI KORBAN: Warga dan tokoh agama setempat melempar bunga setelah berdoa untuk para penumpang yang menjadi korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba Sumatera Utara, kemarin (22/6).

JAKARTA-RADAR BOGOR,Pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba belum meng­gembirakan. Pada hari keempat dan kelima pencarian (22/6), belum satu pun korban ditemukan.

Dirjen Pehubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengungkapkan bahwa korban baru belum ditemukan. Namun, tim gabungan Basarnas dan TNI Angkatan Laut telah mendatangkan sebuah alat baru yang bisa menjangkau hingga 400 hingga 500 meter ke dalam danau.

“Alatnya bisa mendeteksi logam dan objek di air, saya kurang tahu persis namanya,” katanya.

Sehingga, sampai saat ini korban yang telah ditemukan masih belum berubah. Yakni, 21 orang. Budi mengatakan, Menhub Budi Karya Sumadi juga menjalin komunikasi korban selamat dan keluarga-keluarga korban yang berbaris menanti di dermaga.

Budi mengatakan, memang ada keresahan yang dirasakan oleh keluarga korban yang menanti kepastian. Ada beberapa yang menganggap pencarian tidak dilakukan dengan serius. “Kami datangkan rohaniwan dan psikolog untuk komunikasi dengan keluarga korban,” katanya.

Hingga saat ini verifikasi lapo­ran korban terus dilakukan. Me­­nurut Budi, harus sangat hati-hati karena ditengarai beberapa orang sengaja melapor dengan maksud untuk bisa mendapatkan imbalan asuransi Jasa Raharja. “Jadi, belum bisa menentukan jumlah korban. Masih diverifikasi kepolisian,” jelasnya.

Selain itu, Kemenhub juga mempelajari bahwa harus ada pengawasan lebih jauh soal desain kapal. Beberapa kapal ditemukan memakai bahan baja yang berat. Selain itu, bangunan di atas geladak juga terlalu tinggi sehingga kapal rawan goyang.

Akses keluar saat darurat juga tidak memadai.

“Mungkin biar aman maksudnya. Di jendela kapal dikasih teralis, sehingga kalau tenggelam susah keluar,” jelas Budi.

Setelah mempelajari insiden Danau Toba, Budi menegaskan dirinya bertekad untuk mereformasi seluruh sistem angkutan penyeberangan sungai dan danau di seluruh Indonesia.

“Kami akan duduk bersama dengan Ditjen Pehubungan Laut. Pertama dimulai dari regulasi, lalu safety, bussiness model, juga SDM-nya,” lanjutnya.

Untuk permulaan, lima dermaga Danau Toba akan menjadi titik berangkat. Lalu Budi akan bergerak ke penyeberangan lain seperti di Palembang, Kalimantan, juga Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). “Labuan Bajo kalau perlu saya bentuk task force, kadang pelabuhan nggak berkembang karena dikelola secara premanisme,” ujarnya.

Task force atau satgas khusus tersebut nantinya akan terdiri dari unsur gabungan pemerintah, TNI dan Polri. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, kata Budi, menghadapi persoalan yang hampir sama. Yakni, minimnya anggaran dan SDM. Beberapa pelabuhan di sekitar Toba saja Budi menemukan hanya dijaga oleh pegawai honorer.(tau)