25 radar bogor

Ini Debat Cagub atau Diskusi?

KOMPAK: (Kiri-kanan) Ridwan Kamil- Uu Ruzhanul Ulum, Hasanuddin-Anton Charliyan, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi berfoto bersama usai debat, kemarin.

BANDUNG-RADAR BOGOR,Penggunaan kata debat dalam salah satu agenda penting tahapan pemilu di Tanah Air kini patut dipertanyakan. Dalam kamus bahasa, debat tidak hanya bertukar pendapat tapi ada suasana saling mempertahankan pendapat. Nah, apakah pada debat ke-3 Pilgub Jawa Barat seperti yang terjadi kemarin (22/6), patut dipertanyakan?

Pantauan Radar Bogor, hingga sesi terakhir tidak ada suasana saling lempar isu. Dalam final debat kandidat, calon gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengawali paparan visi-misinya dengan menggunakan bahasa isyarat pada Debat ke-3 Pilgub Jabar di Grand Ballroom Sudirman, Jalan Sudirman, Kota Bandung, Jabar, Jumat (22/6).

Tangannya bergerak mengisyaratkan kalimat assalamuallaikum.

”Itu tadi saya menyapa warga Jabar yang menggunakan bahasa isyarat,” kata Kang Emil. Kali ini, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jabar Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memaparkan sesuai waktu yang ditentukan.

Emil, sapaan Ridwan, menilai kebudayaan ialah nilai hidup yang menjadikan identitas sebuah peradaban.

”Inilah yang harus didefinisikan oleh Jabar. Ujung-ujungnya peradaban masa depan,” ujar Emil.

Untuk mengawalinya Emil akan membangun melalui kepemimpinan yang menjadi sebuah keteladanan. ”Pemimpin di Jabar harus Nyunda, kompetitif bisa berbahasa Inggris agar tidak diintimidasi,” katanya.

Langkah selanjutnya, kata Emil, adalah membangun karakter orang Jabar agar lebih maju dan memiliki daya saing melalui kebudayaan yang tumbuh dengan baik melalui nilai religius.

Pasangan calon TB Hasanuddin-Anton Charliyan memiliki pandangan untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan di Jabar.
TB menyebut harus ada ruang yang baik untuk mewadahi para budayawan dan seniman untuk membentengi dari budaya asing yang tidak cocok dengan Jabar bahkan Indonesia.

”Budaya selaras dengan alam. Budaya harus selaras dengan ekonomi, agama dan membangun nasionalisme bukan primordialisme. Ciptakan budaya beragama dan agama yang berbudaya. Budaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Anton menambahkan.

Pasangan calon nomor urut tiga yang diwakili oleh Cagub Sudrajat menilai budaya dan peradaban sebagai dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga hal ini harus berbarengan dengan perkembangan secara digital.

”Hari ini kita dalam dunia digital peradaban internet. Maka Jabar harus seratus persen internet,” katanya.

Di sisi lain Sudrajat juga mengajak warga untuk mengikuti perkembangan dengan membentengi diri. Sebab dunia digital yang mudah diakses juga tidak jarang membawa pengaruh buruk.

Berbeda dengan yang lainnya, Cagub Jabar Dedy Mizwar justru memaparkan mengapa Jabar belum ditetapkan sebagai destinasi wisata Indonesia. Menurutnya hal itu disebabkan tiga syarat yang salah satunya belum dipenuhi Jabar.

Cagub nomor urut empat ini menyebut untuk ditetapkan sebagai destinasi wisata Jabar harus memiliki syarat 3 A yakni aksebilitas, atraksi dan amenitas. Saat ini hanya aksebilitas yang belum memenuhi persyaratan.

”Dan ruh kepariwisataan adalah budaya. Gunung, laut, pantai, sungai hutan ada di mana-mana. Tapi yang membedakan adalah kebudayaannya,” ujar pria yang akrab disapa Demiz itu.(ded/apt/dtk)