25 radar bogor

Cerita para Korban KM Sinar Bangun, Selamat setelah Lepas dari Pegangan Penumpang Lain

Lebih dari angka dan statistik, setiap nama korban penumpang kapal motor (KM) Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba Senin sore (18/6) punya kehidupan yang tak ternilai harganya. Korban yang selamat sangat bersyukur, tapi menyisakan trauma yang sulit dilupakan. Sebaliknya, bagi keluarga korban yang belum ditemukan, begitu remuk hatinya karena banyak rencana indah yang belum terwujud jadi nyata.

Bagi Heri Nainggolan, 23, korban selamat KM Sinar Bangun, pengalaman hidup mati sekitar 30 menit di Danau Toba menjelang senja itu tak akan pernah terlupakan seumur hidup.

Heri menceritakan, sesaat sebelum kapal tenggelam, dirinya duduk di atas sepeda motor yang diparkir di lambung kapal sebelah kiri.

Bersama Roy Sirait, rekan sekampungnya yang sampai saat ini belum ditemukan, dia sudah cemas setelah melihat kondisi kapal dan cuaca buruk yang ditandai gelombang yang besar. ”Penumpang sangat ramai dan sepeda motor juga sangat banyak di dalam kapal,” ujarnya.

Sepeda motor yang berjumlah sekitar 60 unit itu dijejer di lambung kiri dan kanan kapal, termasuk di dalam kapal di lantai 1. Sementara itu, selain di lantai 1 dan lambung kapal, penumpang memadati lantai 2 dan 3. ”Suasana kapal penuh sesak,” tambahnya

Para penumpang itu memang memaksakan diri naik ke kapal karena kondisi sudah sore dan cuaca mendung. Mereka takut tidak ada kapal untuk pulang. Setelah kira-kira 15 menit meninggalkan pelabuhan, cuaca tiba-tiba buruk.

”Terdengar suara seakan kapal menabrak sesuatu dan tiba-tiba mesin kapal mati. Hanya hitungan detik, ombak besar menghantam kapal dari arah lambung kiri,” cerita Heri.

Akibatnya, kapal oleng ke kanan. Heri pun melompat dari kapal. Dia disambut para penumpang yang sudah melompat atau terlempar ke dalam danau. ”Beberapa di antara penumpang memegang tubuh dan baju saya untuk menyelamatkan diri,” ceritanya.

Dengan bersusah payah, Heri melepaskan diri dan naik ke kapal yang posisinya sempat tertelungkup sebelum tenggelam. Saat kapal tertelungkup, banyak juga
penumpang yang naik. Heri terlebih dahulu membantu temannya, Roy, naik ke kapal.

Sempat juga beberapa penumpang yang berada di air memegang kaki Roy, tapi berhasil dilepaskan Heri. Heri kemudian menyusul naik. ”Kaki saya juga berhasil  dijangkau penumpang yang berada di air, tapi saya entakkan dengan kuat. Pegangan pun lepas dan saya baru berhasil naik ke kapal yang sudah tertelungkup,” cerita Heri.

Namun, kelegaan Heri hanya sekejap. Karena banyaknya penumpang yang naik, kapal pun tenggelam. Mereka pun kembali berlompatan ke air karena takut tersedot arus
air yang ditimbulkan kapal tenggelam.

Setelah terjun kembali ke air, Heri kehilangan Roy. Heri kemudian berusaha berenang untuk menyelamatkan diri. Beberapa kali dia ditarik dan dipeluk penumpang
lain yang sudah lemas. Dia ikut tertarik tenggelam ke danau.

Untuk melepaskan diri, Heri kembali harus memukul dan menendang-nendang penumpang lain yang memeganginya hingga beberapa kali ikut tenggelam ke dalam air.

Akhirnya, setelah berenang beberapa menit, kapal feri datang dan beberapa penumpangnya memberikan bantuan. Dia pun selamat.

Jika kisah dramatis Heri Nainggolan berakhir melegakan, sayangnya hal itu tidak terjadi pada dua sejoli Chrisman Reynold Simarmata, 27, dan Juliana, 25.
Padahal, keduanya sudah bertunangan dan dalam waktu dekat melangsungkan pesta pernikahan.

Sampai kemarin petugas gabungan dari Basarnas dan kepolisian serta dinas perhubungan belum juga menemukan keduanya.

Lasmaria Boru Rumapea, ibu Reynold, tak dapat membendung air mata. Tangisnya semakin menjadi lantaran Reynold dan Juliana berencana melangsungkan pernikahan tahun depan.

”Kaubilang janji datang hari Selasa, kutunggu-tunggu tidak adanya. Pulangkan si Juli (Juliana) itu,” kata Jon Clinton, adik Reynold, menirukan perkataan ibunya, menangisi kejadian yang menimpa mereka saat ini.

Jon menceritakan, memang rencananya Selasa (19/6) Reynold membawa Juliana ke kediaman mereka. Tujuannya ialah membahas rencana pernikahan mereka tahun depan.

Juliana pulang ke Pematangsiantar bertepatan dengan libur perayaan Idul Fitri. Memanfaatkan libur kerja, keduanya berangkat ke Pulau Samosir untuk sekadar
jalan-jalan membuang penat. Rupanya perjalanan itu menjadi perjalanan terakhir keduanya sampai kapal yang mereka tumpangi tenggelam di perairan Danau Toba.

Sementara itu, pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba terus dilakukan. Kepala Basarnas Muhammad Syaugi melaporkan hingga kemarin telah ditemukan 22 orang korban. Sebanyak 18 selamat sisanya 4 orang meninggal dunia. Sedangkan laporan warga yang merasa keluarganya hilang dan berada di kapal
berjumlah 189 laporan.

Syaugi mengatakan, pencarian akan terus dilakukan selama tujuh hari ke depan. “Kalau masih memungkinkan ditemukan, ya, diperpanjang menjadi sepuluh hari,”
katanya.

Kepala Kantor Basarnas Medan Budiawan mengatakan, dua belas penyelam dikerahkan untuk mencari korban. Seluruh penyelam berasal dari tiga instansi yakni

Basarnas, TNI, dan Polri. Namun, sampai kemarin sore para penyelam belum berhasil menemukan korban lain. Dengan tambahan dua jenazah, total korban yang berhasil ditemukan sebanyak 21 orang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal insiden kapal tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara.

Presiden menyampaikan bahwa Kementerian Perhubungan  (Kemenhub) harus melaksanakan evaluasi secara menyeluruh. Jokowi juga menyampaikan bahwa dirinya tidak ingin kejadian serupa yang menimpa KM Sinar Bangun  terulang kembali.(gid/adi/esa/JPG/c9/kim/tau/syn/far/idr)