25 radar bogor

Tersinggung Tweet SBY, PDIP: Siapa Yang Punya Sejarah Gelap Gunakan Kekuasaan?

Ismail Pohan/INDOPOS SEMANGAT: Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Majelis Tinggi Partai Demokrat saat mengumumkan 17 pasang nama cagub dan cawagub yang diusung untuk Pilkada 2018 di kantor DPP, Minggu (7/1).
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

JAKARTA-RADAR BOGOR, Eite PDI Perjuangan tersinggung berat dengan status Twitter pribadi Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pada Senin siang (18/6/2018), twitter @SBYudhoyono mengumbar pernyataan: Saya perhatikan, banyak penguasa yang lampaui batas sehingga cederai keadilan dan akal sehat. Mungkin rakyat tak berdaya, tapi apa tidak takut kpd Tuhan, Allah SWT ? *SBY*

Ketua DPP PDI Perjuangan, Bambang DH, menafsirkan pernyataan SBY itu mengarah ke pemerintahan Presiden Joko Widodo. Ia tegaskan, pernyataan itu selain merendahkan hak rakyat yang berdaulat, juga cermin kepanikan Presiden ke-6 RI itu.

“Pak Jokowi tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan. Berbeda dengan yang sebelumnya. Siapa yang di belakang tim alpha, bravo dan delta? Siapa yang menggunakan KPU yang seharusnya netral dan dijadikan pengurus partainya? Siapa yang memanipulasi IT sehingga Antasari dipenjara? Siapa yang memanipulasi DPT sehingga kursi di Pacitan pada Pemilu 2014 berkurang drastis dibanding 2009? Siapa yang menjadi pelopor penggunaan dana bansos?,” ungkap Bambang DH melalui keterangan pers yang diterima wartawan, Rabu (20/6/2018).

Lebih jauh anak buah Megawati Soekarnoputri itu menyarankan SBY untuk introspeksi diri daripada menyalahkan pihak lain.

“PDI Perjuangan bahkan punya pengalaman buruk di Pilkada Bali 5 tahun lalu. Saat itu alat negara diterjunkan hanya karena ambisi kekuasaan. Jadi, siapa yang punya sejarah gelap menggunakan kekuasaan? Pak SBY jangan lempar batu sembunyi tangan,” tegasnya.

Bambang mengimbau seluruh pihak untuk membangun suasana kondusif dengan membiarkan rakyat menjadi hakim tertinggi dalam menentukan pemimpinnya.

“Rakyat mencari pemimpin yang kuat secara kultural, berpengalaman serta tidak ambisius dalam mengejar jabatan,” tukasnya. (ysp)