25 radar bogor

Pemudik Takut Lewat Jonggol

(Sofyan/ Radar Bogor) RAMAI: Arus kendaraan di sekitar tanjakan Selarong, Kecamatan Megamendung, lancar saat pemberlakuan one way, kemarin.
(Sofyan/ Radar Bogor)
RAMAI: Arus kendaraan di sekitar tanjakan Selarong, Kecamatan Megamendung, lancar saat pemberlakuan one way, kemarin.

BOGOR–RADAR BOGOR,Arus kendaraan di jalur Puncak dan Bocimi terus menurun, kemarin (19/6). Namun, kemacetan masih terjadi di beberapa titik, di antaranya simpang Gadog, Cipayung, Megamendung, dan simpang TSI.

Hingga pukul 17.00, tercatat 16.490 kendaraan melintas di gerbang tol Ciawi. Tak hanya itu, kendaraan roda dua juga masih menguasai jalan sekitaran Gadog hingga Puncak Pass. Untuk mengurai kemacetan, kepolisian masih mengandalkan sistem one way di jalur Puncak.

”Sistem satu arah disesuaikan dengan situasi dan kondisi,” ujar Kapolres Bogor, AKBP Andi Mohammad Dicky di Pos Pemantau Gadog.

Menurutnya, Bogor hanya menjadi perlintasan para pemudik yang hendak keluar kota. Untuk itu, pihaknya hanya mengatur perlintasan sebagai feeder dari maupun menuju Cianjur. Soal jalur Jonggol, pihaknya sudah gencar sosialisasi agar melintas di jalur tersebut.

”Daripada harus menunggu lama, lebih baik menghindari Puncak. Manfaatkan jalur Gunungputri, bisa ke Sentul, Jonggol, Cariu, Transyogi sampai Cibubur,” katanya.
Soal pengamanan jalur arus balik, masih kata Dicky, personel terus ditambah dan tetap bertahan. Untuk kemarin, ada 276 personel yang disiagakan di jalur Gate Ciawi hingga Puncak Pass. Apalagi untuk jalur Puncak yang sedang dalam perbaikan Kementerian PU.

Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor, AKP Hasby Ristama mengungkapkan, puncak arus mudik sudah terjadi Minggu (17/6) dan Senin (18/6). ”Hambatannya paling di lokasi-lokasi wisata,” ucapnya.

Hasby juga menanggapi soal jalur Jonggol yang banyak dikhawatirkan masyarakat. Menurutnya, sedikit masyarakat yang mengaku tidak tahu atau takut karena jalurnya kurang penerangan. ” Kalau gelap ya sama, Puncak juga kalau malam itu gelap. Terangnya hanya dari warung orang jualan,” tuturnya.

Sementara itu, kepolisian mengklaim jumlah kejahatan di daerah Jawa Barat turun, sedangkan pengungkapan kasus tindak kejahatan naik. Penurunan tingkat  kejahatan disebabkan kewaspadaan dan kehati-hatian masyarakat akan pencegahan kejahatan saat ini lebih baik.

Hal itu dikatakan Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Jabar Kombespol Umar Surya Fana saat ditemui di Pos Pemantau Gadog, Selasa (19/6). Me­­nurutnya, secara global jumlah kejahatan di Jabar selama Ramadan dan Lebaran 2018 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

”Diban­dingkan tahun lalu, kejahatan di Jabar turun sebanyak 69 persen, sedangkan pengung­kapan kasus kejahatan naik dari tahun lalu sebanyak 40 persen,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sebagian besar kejahatan yang paling dominan di wilayah Jabar selama Ramadan dan Lebaran, yakni pencurian, pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian disertai kekerasan (curas), dan kejahatan jalanan (street crime).

”Untuk kejahatan jenis pencurian turun sampai 30 persen. Sedangkan kejahatan jalanan (jambret, begal) juga turun 15 persen,” kata Fana.

Kejadian yang menonjol yang berhasil diungkap Polda Jabar yakni disitanya 13 ton bahan petasan dari penyuplai yang berada di Cirebon dan di Indra­mayu. Langkah tersebut, kata Fana efektif, karena  penyuplai  tidak bisa lagi mendistribusikan bahan petasan ke pabrik-pabrik petasan di wilayah Jawa Barat.(dka/c)