GUNUNGPUTRI-RADAR BOGOR,Lima hari menjelang Idul Fitri, lalu lalang sepeda motor mulai terlihat mendominasi di sejumlah ruas jalan di jalur Transyogi. Tidak sedikit kendaraan roda dua itu mengangkut penumpang lebih dari dua orang. Sejumlah dus-dus besar pun terlihat di bagian belakang sepeda motor yang diikat rapi. Bisa dipastikan, mereka-mereka ini para pemudik yang memanfaatkan sepeda motor sebagai transportasi alternatif.
Di sisi lain, hal ini justru menjadi berkah pemilik bengkel sepeda motor. Di saat seperti inilah, mereka kebanjiran order untuk sekadar servis maupun melakukan perbaikan dalam skala besar.
Hanya saja, kondis seperti ini kerap dimanfaatkan oknum bengkel yang berbuat curang. Menjual sparepart atau onderdil aspal (asli tapi palsu) demi meraup uang lebih. Biasanya, tindakan curang ini terjadi di bengkel non-diller alias mandiri.
Tidak bisa dimungkiri, pemilik motor memang lebih memilih mendatangi bengkel mandiri karena jauh lebih murah. Juga, tidak harus mengantre seperti di bengkel-bengkel diller yang selalu dibanjiri saat musim mudik.
”Lebih murah. Kalau ke bengkel resmi, lumayan mahal, antre lagi. Jadi nanti sepulang Tarawih bisa langsung mudik ke Bandung,” ujar Asep Mulyana (34) warga Cipenjo, Kecamatan Cileungsi, saat ditemui Radar Bogor, kemarin (10/6).
Sayangnya, tidak sedikit pemiliki bengkel yang berbuat curang. Tanpa memikirkan keselamatan konsumen. Para oknum pemilik bengkel ini tega menjual sparepart aspal, dan mengelabui konsumennya, tanpa memikirkan keselamatan mereka.
Radar Bogor pun mencoba menelusuri bengkel-bengkel yang ada di wilayah timur Kabupaten Bogor. Empat bengkel di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol pun menjadi penelusuran Radar Bogor. Hasilnya mengejutkan, dari empat bengkel, tiga di antaranya mengaku berbuat curang.
Menjual sparepart aspal. Sparepart KW dan rekondisi yang dibungkus dengan merek tertentu. ”Ya, begitulah. Kalau ditanya asli, ya, asli. Tapi palsu juga,” ujar Robi (26) montir salah satu bengkel kepada Radar Bogor, kemarin (11/6).
Menurutnya, meski salah, ia tidak bisa berbuat banyak atau melarang bosnya menjual onderdil palsu. ”Saya kerja di sini. Bos suruh, ya, saya kerjakan saja,” tutur pria berkulit putih itu.
Menurutnya, jelang mudik, kendaraan yang servis meningkat 100 persen. Kalau hari biasa bengkel tempat Robi bekerja hanya mampu mendapatkan 15 konsumen. Saat jelang mudik seperti ini, bisa sampai 35 konsumen.
”Naik drastis,” katanya. ”Bahkan, saat jelang mudik seperti ini, bukan servis dan ganti oli saja. Banyak yang ganti sparepart baru. Di sini banyak sparepart asli rasa palsu,” akunya.
Menurutnya, penggantian sparepart aspal ini cukup merugikan konsumen. Namun, banyak konsemen yang awam, membuat jual beli sparepart aspal ini aman.
”Kami hanya bilang kepada pelanggan ini ori ya. Sudah, pelanggan pasti percaya,” katanya.
Selain di Cileungsi, Radar Bogor juga mengambil sampel bengkel di Kecamatan Gunungputri. Ada empat bengkel yang dijadikan sampel. Keempat bengkel tersebut berada di sepanjang Jalan Raya Wanaherang, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.
Montir dari keempat bengkel tersebut mengakui bahwa mereka menjual sparepart aspal. Bisnis onderdil aspal ini sudah berjalan selama tiga tahun silam. Dari pengakuan mereka, sparepart palsu dibelinya dari online. ”Murah-murah dari harga dealer resmi,” ujar Yudo (29) montir salah satu bengkel di bilangan Jalan Raya Wanaherang.
Sayangnya, praktik curang ini belum mendapat respons dari pihak kepolisian. Kapolsek Cileungsi Kompol Asep Fajar mengaku jika sejauh ini belum ada laporan dari konsumen yang mengeluhkan onderdil palsu. Ia pun meminta agar konsumen berani melapor.
”Konsumen harus berani melapor. Nanti akan kami tindak. Terlebih ini jelas merugikan banyak orang,” tuturnya. Ia juga mengancam pemilik bengkel yang nekat berbuat curang. “Jika ada yang terbukti, akan kami tindak tegas!” imbuhnya.(all/c)