25 radar bogor

Jumlah Pemudik Menurun

ILUSTRASI
SEPI: Arus lalu lintas kendaraan di tol fungsional Bocimi masih tampak lengang, kemarin.

BOGOR–RADAR BOGOR,Mendekati hari H Le­baran arus mudik terus terjadi. Di beberapa moda transportasi, jumlah pemudik semakin sedikit. Libur Lebaran yang panjang membuat persebaran waktu mudik semakin longgar.

Berdasarkan data dari Terminal Bara­nangsiang, jumlah penum­pangnya mengalami penurunan yang cukup drastis dari tahun sebelumnya.
Kepala Terminal Baranang­siang, Sumardono menjelaskan bahwa hingga kemarin (11/6) atau H-5 Idul Fitri jumlah penumpang bus di Terminal Baranangsiang mencapai 19.096 orang.

Jumlah tersebut merupakan perhitungan penumpang dari H-7 Idul Fitri. Sedangkan tahun lalu, H-5 jumlah penumpangnya sudah mencapai 21.917 orang. Artinya, terjadi penurunan pe­num­pang sebesar 10,5 persen.

“Gara-gara program pemerintah seperti mudik gratis, terus persaingan modal yang signifikan, baik fasilitas maupun kendaraan operasinal, seperti kereta,” jelasnya kepada Radar Bogor, kemarin (11/6).

Meski demikian, penambahan penumpang bus masih akan terjadi hingga H-1 Idul Fitri. Ia memprediksi, penumpang bus mudik lewat Terminal Baranangsiang mencapai angka 20 ribuan.

“Kemungkinan ada penambahan, pokoknya H-3 masih banyak. PO juga kadang kadang keteteran, jadinya dibantu dengan kendaraan perusahaan,” kata Sumardono.

Kali ini, menurutnya, bus hanya menjadi moda transportasi alternatif. Ketika tiket kereta ataupun pesawat sudah penuh, masyarakat kemudian beralih ke bus.

“Banyak penumpang yang misalkan sudah lari ke stasiun atau bandara ternyata penuh. Jadi (bus) sebagai alternatif ketika kendaraan lain sudah habis,” tuturnya.
Tren penurunan penumpang ini di sisi lain berbahaya bagi keberlangsungan terminal bus. Untuk itu, ia berharap agar revitalisasi Terminal Baranang­siang bisa terealisasi.

“Kalau tidak ada realisasi hanya tinggal kenangan terminal ini. Efeknya, penumpang akan malas dengan moda di terminal. Harusnya ada jalan keluar, baik dari segi kepengurusan, ataupun orang-orang yang menolak adanya revitalisasi,” tukasnya.

Meski tidak berada di jalur mudik, Dinas Kesehatan Kota Bogor membuat posko kesehatan di Terminal Baranangsiang. Kepala Humas Dinas Kesehatan Kota Bogor Nia Nurkania mengatakan, posko kesehatan di Kota Bogor hanya di Terminal Baranangsiang, lantaran Kota Bogor bukan jalur mudik.

“Kami mengantisipasi pemudik lokal dan antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka posko Baranangsiang tersebut dibuka dengan kerja sama linsek, dinkes, dishub, dan kepolisian dari Polresta Bogor Kota,” katanya kepada Radar Bogor.

Untuk itu, kata Nia, pihaknya menyiapkan petugas kesehatan di posko. Nantinya para pemudik yang memerlukan obat-obatan ataupun fasilitas kesehatan bisa mendatangi posko tersebut. “Alat-alat medis seperti cek tensi darah dan beberapa obat-obatan serta petugas kita siagakan selama 24 jam,” jelasnya.

Nia menambahkan, puskesmas rawat inap pun disiapkan untuk standby selama 24 jam, terutama wilayah terjauh akses ke posko Baranangsiang. Yaitu Puskesmas Cipaku, Puskesmas Bogor Utara, dan Puskesmas Pasirmulya.

“Sementara puskesmas yang tidak ada rawat inap tetap standby tapi hanya yang piket saja yang masuk, bergantian, tetap jaga,” tutup Nia.

Di jalur selatan Kabupaten Bogor, empat hari setelah dibukanya jalur tol fungsional Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi), kondisi jalur tersebut masih sepi dilintasi. Begitu pula jalur Cianjur yang melewati Puncak.

Pantauan Radar Bogor di kedua jalur tersebut, kendaraan yang melintas masih fluktuatif. Hanya saja, di jalur Puncak sempat mengalami kepadatan kemarin (11/6) siang. Yakni di Simpang Pasar Cisarua.

Terjadi penyempitan jalur (bottleneck) karena kiri kanan badan jalan dipakai untuk parkir kawasan pasar. Apalagi menje­lang hari raya, kebutuhan masya­rakat semakin meningkat. Namun, hal tersebut tak berlang­sung lama. Kendaraan yang meng­ular lebih dari dua kilome­ter di kedua arah kembali normal.

Sedangkan di jalur tol fungsional Bocimi, pemudik yang melintas disarankan untuk tetap menjaga kecepatan kendaraan pada malam hari. Sebab, penerangan yang belum terpasang di sisi kiri dan kanan jalan membuat kondisi jalan menjadi gelap.

Di bagian kiri terdapat barisan cone kayu bercampur beton, sedangkan di kanan terdapat pemisah dengan jalur berlawanan yang terdiri atas barisan blok beton, tetapi sudah ada juga pemisah dari beton permanen.
Beberapa ruas jalanan masih bergelombang sehingga akan menimbulkan guncangan dan goyangan yang cukup keras, apalagi kalau jumlah penumpang mobilnya maksimal.
Kasi Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Habib menjelaskan, tol fungsional Bocimi belum layak untuk dilintasi. Namun, karena jalur tersebut mau tak mau jadi perbantuan, maka harus difungsikan.

“Tol fungsional itu sebenarnya semua belum layak untuk dilintasi. Tapi kan memang diperbantukan untuk jalur mudik. Jadi mau tak mau digunakan,” kata Habib kepada Radar Bogor kemarin.

Habib juga mengatakan, peran dishub untuk mengantisipasi itu adalah dengan pemasangan rambu jauh sebelum pengendara masuk ke jalan tol Bocimi. Tak hanya itu, rambu di dua pintu keluar juga jadi perhatian penting.

“Sejak difungsikan kami sudah memasang rambu–rambu. Karena tol Bocimi juga masih menjadi tanggung jawab pengelola tol untuk memasang penerangan. Kami hanya mengimbau para pengendara untuk menjaga kecepatan dan berhati-hati,” bebernya.

Di sisi lain, dishub juga telah menyiapkan sembilan posko untuk menghadapi arus mudik dan balik tahun ini. Sembilan posko diletakkan di titik-titik yang dianggap menjadi titik keramaian.

“Kami sudah banyak melakukan koordinasi dan rapat dengan berbagai pihak untuk persiapan mudik ini. Dishub sendiri menyiapkan sembilan pos untuk memantau dan menghadapi arus lalu lintas,” ujar Kepala Bidang Pengawasan Dishub Kabupaten Bogor, Bisma Wisuda, Senin (11/6) kemarin.

Sembilan titik tersebut ada di daerah Gunung Mas, Gadog, Ciawi, Cigombong, Dramaga, Leuwiliang, Parung, Cibinong, dan Cileungsi. Posko di Gunung Mas, Puncak disiapkan untuk mengantisipasi kendaraan berukuran besar yang akan melintas. Wilayah tersebut memang masih tertutup untuk kendaraan jenis truk.

Lokasi Leuwiliang dan Dramaga sendiri menjadi salah satu titik yang ramai dilewati warga Bogor untuk melakukan silaturahmi. Sedangkan untuk wilayah Puncak, kebanyakan digunakan bagi masyarakat yang ingin berwisata.

Selain menyediakan pos pengawasan, Dishub juga melakukan pengecekan kendaraan. Pengecekan ini sudah dilakukan setiap hari Kamis di KM 45 rest area Tol Jagorawi. Sekaligus dilakukan tes urin bagi pengemudi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Untuk larangan angkutan besar melintas, Dishub memberlakukan sesuai aturan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pembatasan operasional kendaraan angkutan barang diberlakukan H-7 atau 8 Juni hingga H+7 atau 23 Juni 2018. Pengecualian diberlakukan bagi kendaraan yang membawa sembako atau BBM.

Untuk kondisi rambu jalan, pihak Dishub juga telah melakukan antisipasi. Setiap kepala UPT diminta untuk berjaga 24 jam. Jika ada lampu jalan yang mati atau lampu rambu lalu lintas, harap segera diperbaiki atau diganti.

Mengingat libur kali ini termasuk panjang, pihak Dishub Kabupaten tidak diberikan izin sama sekali untuk cuti. Hal ini untuk memastikan masyarakat merasa nyaman saat bepergian. (dka/fik/ran/jp/d)