CIBINONG–RADAR BOGOR,Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor diminta memastikan 37 ribu hektare sawah yang masuk rencana Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) produktif, bisa menyediakan kebutuhan beras bagi warga Kabupaten Bogor. Di samping kebutuhan akan wilayah berkembang, semisal pemukiman.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Penataan Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bogor, Suryanto Putra. Menurutnya, kebutuhan akan beras atau lahan pertanian di tiap RT/RW telah diakomodir yang dihitung dalam 20 tahun ke depan, termasuk kebutuhan untuk alokasi ruang pemukiman atau perkotaan.
”Kaitannya dengan ketentuan secara eksplisit tentang LP2B sudah tertuang di RT/RW. Hanya dalam penetapannya harus ditetapkan sendiri. Makanya diperlukan Perda LP2B,” katanya.
Hanya saja, yang terjadi saat ini, ada daerah yang memang membutuhkan ruang untuk perkotaan dan pemukiman, tapi ternyata dengan adanya kebijakan rumah subsidi kebutuhannya menjadi lebih cepat.
”Yang pertanian sedang mengonsepkan untuk mempertahankan itu. Tapi dari kebutuhan pemukiman, memang sudah mendesak juga. Nah, sawah eksisting itu bisa tetap digunakan, tapi tidak secara keseluruhan hanya 50 persen. Tapi dengan syarat dikompensasi dengan perbaikan irigasi dan lainnya, agar yang 50 persennya ini hilang dan tertutup,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor Siti Nuriyanti menjelaskan, dengan luas eksisting sawah yang ada, pihaknya optimistis mampu memproduksi rata-rata 500-600 ribu gabang kering setiap tahun.
Jika dikonversi menjadi beras dengan produktivitas 0,63 persen maka menjadi 325.720 kilogram. Namun, jumlah itu hanya mampu memenuhi 61 persen kebutuhan beras bagi 5,7 juta penduduk Kabupaten Bogor. Sementara kebutuhan beras di Kabupaten Bogor mencapai 609,5 juta kilogram per tahun.
”Sisanya kami datangkan dari daerah lain, seperti Karawang dan Cianjur. Kalau ada perda (lahan pertanian abadi) nantinya, kami bisa kucurkan anggaran lebih untuk infrastruktur yang mendukung kuantitas produksi serta nilai ekonomis petani, di samping ada inovasi-inovasi dari IPB seperti beras 3S,” imbuhnya.(wil/c)