25 radar bogor

Pemuda ala Punk Terima ”Tantangan” Azan Kang Uu

AZAN: Kang Uu menguji pemuda punk melantunkan azan di Pasar Cisarupan, Kabupaten Garut, Sabtu (9/6).
AZAN: Kang Uu menguji pemuda punk melantunkan azan di Pasar Cisarupan, Kabupaten Garut, Sabtu (9/6).

GARUT-RADAR BOGOR,Dua pemuda ala anak Punk yang kerap mengamen di Pasar Cisurupan, Kabupaten Garut, melantunkan azan di samping calon wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 1, Uu Ruzhanul Ulum. Hal itu terjadi saat Uu tengah melakukan kegiatan sosialisasi di Pasar Cisurupan, Sabtu (9/6).

Pada mulanya, kedua pemuda yang diketahui bernama Arkan (16) dan Reza (17) tersebut tengah mengamen di kios-kios pedagang. Mereka secara tak sengaja melintasi rute yang digunakan Uu berkampanye. Uu yang tengah melihat penampakkan keduanya dari kejauhan pun lantas meminta kedua remaja tanggung ini memenuhi tantangan yang dia ajukan dengan iming-iming hadiah.

Semula, Uu meminta mereka menyanyikan lagu kampanye Rindu menggunakan gitar ukulele yang mereka bawa. Namun para pemuda ini menolak permintaan Uu lantaran tak mampu menghafal lagu tersebut meski telah beberapa kali diper­dengarkan. Uu kemudian meminta salah seorang di antara mereka berazan setelah ia mendengar suara azan Zuhur berkumandang di dalam pasar.

Setelah sejenak saling tunjuk, Arkan akhirnya melakoni tantangan mengumandangkan azan yang dilemparkan Uu. Dia berazan sambil menggunakan mikrofon dan pengeras suara yang dibawa tim kampanye Rindu. Arkan berhasil menuntaskan tantangan azan tanpa hambatan berarti. Sementara itu, Reza kebagian tugas merapal ikamah pascaazan.

Kelar malakoni tantangan, kedua pemuda ini diganjar hadiah suvenir oleh cawagub pasangan Ridwan Kamil ini. Baik Arkam maupun Reza juga sempat berbincang dengan Uu sebelum mereka berpisah. Arkam lebih sering meladeni pembicaraan Uu ketimbang Reza yang tampak malu-malu. Dari hasil perbincangan singkat yang dilakukan, diketahuai keduanya merupakan remaja asal Bandung.

Reza dan Arkam telah mengamen selama tiga tahun selepas memu­tus­kan diri untuk keluar dari sekolah masing-masing. Terakhir kali, mereka duduk di bangku SMP. Keduanya beralasan tak melanjutkan sekolah lantaran terganjal persoalan pem­biayaan. Mereka juga beralibi ingin hidup mandiri.

Sehari-hari, kedua pemuda ini berkeliling di seputaran Cisurupan, Cikijang, dan Bayongbong menukar jengkal demi jengkal suara mereka dengan rupiah. Selain mengamen, mereka juga kerap berkumpul dengan kelompok berdandan ala punk lainnya. Saban malam, Reza dan Arkam tidur di emperan pertokoan.

Uu yang mendengarkan langsung keterangan kedua pemuda ini sempat memberi wejangan kepada mereka. Uu mewajarkan pandangan dan dandanan mereka yang nyentrik dan di luar kebiasaan.

“Wajar karena masih anak muda, masih mencari jati diri, mencari identitas. Dulu juga saya sempat jadi anak muda. Tapi jangan terlalu lama seperti ini. Harus berubah,” kata Uu.

Dia juga mengaku menghargai sikap mereka yang memilih jalan hidup bergulat di jalanan dan mengamen. Kedua remaja ini, sebut Uu, dipaksa situasi sehingga mereka harus hidup menggelandang. Padahal, sebut Uu, mereka punya niatan yang cukup mulia, yakni agar tidak membebani keluarga dan berkeinginan hidup mandiri.

”Ini juga menjadi tugas pemerintah untuk memperhatikan mereka. Memperhatikan pendidikan mereka, memberikan lapangan pekerjaan yang layak. Tidak hanya anak punk, tapi juga kepada siapa pun yang tergolong rentan dan membutuhkan kehadiran pemerintah,” kata dia. (*/unt)