25 radar bogor

69 Tewas di Jalur Mudik

ist LEPAS KOPEL: Truk fuso pengangkut tepung terguling di Tol Jagorawi, tepatnya di Kampung Kranggan, Desa Kranggan, Kecamatan Gunungputri, Sabtu (5/5).
ilustrasi (dok.Radar Bogor)

JAKARTA–RADAR BOGOR,Bagi para pemudik jagalah diri Anda. Sebab, kecelakaan lalu lintas masih menghantui. Itu terlihat dari angka kecelakaan di sejumlah titik di jalur mudik. Hingga kemarin (9/6), korban tewasnya sudah mencapai 69 orang.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, hingga H-6, secara nasional tercatat ada 318 kejadian dengan korban tewas mencapai 69 orang.

Angka kecelakaan dan jumlah korban meninggal dunia tahun ini turun dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Tahun lalu, enam hari jelang Lebaran ada 919 kecelakaan dengan korban 298 orang.

“Angka kecelakaan turun 65 persen,” ujarnya.

Direktur Kamsel Korlantas Polri Brigjen Chrysnanda Dwilaksana mengatakan, sesuai dengan analisa Korlantas berdasarkan perilaku menge­mudi, penyebab kecelakaan terbanyak adalah ceroboh saat berbelok.

”Di jalur mudik dan non-mudik, banyak kecelakaan akibat saat berbelok tidak waspada,” ujarnya.

Selanjutnya, perilaku yang menyebabkan kecelakaan itu adalah ceroboh saat menyalip. Dia menjelaskan, pengemudi saat menyalip kendaraan tidak mempertimbangkan kendaraan dari arah berlawanan ataupun lainnya.

”Perilaku lainnya adalah gagal memberikan tanda saat berkendara, misalnya saat mau belok tidak memberikan tanda belok,” jelasnya.

Kecelakaan menonjol terjadi 8 Juni antara sebuah bus Damri dengan nomor polisi B 7383. Bus tersebut mengalami kebakaran di jalan tol Cipali km 166. Jumlah penumpang yang dibawa saat itu mencapai 26 orang.

”Beruntungnya tidak ada korban dalam kecelakaan tersebut,” paparnya.

Penyebab dari kebakaran adalah rem bus yang mengalami macet. Hingga menimbulkan gesekan yang memicu api, yang merembet dari ban hingga ke bodi bus Damri.

”Ada juga kecelakaan mobil Suzuki dengan nomor H 9411 YA yang menyerempet kereta ai 172 Matarmaja Pasar Senen-Malang. Lokasi serempetan di sekitar stasiun Semarang,” lanjutnya.

Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Korlantas Polri Kombespol Benyamin mengatakan bahwa Korlantas melakukan analisa terhadap kondisi jalan tol. Khususnya terkait kemacetan.

”Saat ini Kakorlantas dan saya sedang di Palimanan,” tuturnya.

Dari analisa di Palimanan, kemacetan padat merayap terjadi saat berbuka puasa. Pemudik berhenti di bahu jalan untuk berbuka puasa.

”Kondisi inilah yang harusnya diantisipasi pemudik, jangan berbuka di bahu jalan. Namun, segera mencari rest area,” ungkapnya.

Dia mengatakan, masyarakat yang akan mudik diharapkan untuk mematuhi aturan. Namun, juga harus ekstra hati-hati saat waktunya berbuka puasa bila melewati jalan tol. ”Ada banyak yang belum patuh,” paparnya.

Terpisah, pemudik diminta berhati-hati saat melewati jalur fungsional di jalan tol Salatiga-Kartasura. Utamanya saat melewati Jembatan Kali Kenteng.

Jembatan Kali Kenteng merupakan satu dari tiga titik kritis pada masa mudik 2018. Jembatan ini belum dapat dilalui dalam masa mudik Lebaran kali ini karena

pembangunannya belum selesai. Saat ini, progres konstruksi fisik jembatan tersebut berkisar 65 persen.

Kementerian PUPR menjamin bahwa jalur darurat kendaraan di bawah konstruksi Jembatan Kali Kenteng di ruas Salatiga-Kartasura aman dilalui kendaraan. Sebelumnya, jalur tersebut dianggap terlalu curam dan membahayakan.

Kendaraan harus mengalami antrean rata-rata 30 menit akibat penyempitan dari dua lajur menjadi satu lajur. Kendaraan melintas perlahan satu per satu dengan kecepatan sekitar 20 km per jam. Selain itu, permukaan jalur juga menanjak dan menurun.

Kepala Biro Informasi Publik Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan bahwa PT Waskita Karya sebagai kontraktor pelaksana dalam laporannya telah menyatakan tingkat kemiringan jalur tersebut masih dalam batas aman.

“Kemiringannya berkisar 10 persen, sehingga cukup aman untuk dilintasi,” kata Endra kemarin (10/6).

Agar tetap dapat dilewati pemudik, kontraktor telah membangun jalan sementara sepanjang 500 meter yang berada di sisi-bawah jembatan. Jalan ini memiliki lebar 8 hingga 10 meter dengan kondisi lean concrete (alas beton) setebal 10 cm.

“Namun hanya dapat dilalui untuk satu lajur kendaraan,” jelas Endra.

Endra mengatakan, jalur bawah tersebut juga sudah dilengkapi dengan rambu-rambu, pagar dan petugas yang mengarahkan kendaraan. “Petugas mengatur agar kendaraan melintas satu per satu lewat pengeras suara,” kata Endra.

Direktur PT Jasa Marga Solo Ngawi (PT. JSN) David Wijayatno mengatakan bahwa operasional di jalan tol sejauh ini berlangsung tanpa hambatan. Memang ada sedikit kemacetan di sekitar Jembatan Kali Kenteng.

Waspada Microsleep

Sementara itu, banyak pemudik yang memutuskan perjalanannya menggunakan mobil pribadi dan berkendara sendiri diban­dingkan memakai moda transportasi lain. Hal
tersebut guna memudahkan perjalanan­nya di kota tujuan.

Namun, perlu diperhatikan risiko yang kerap terjadi saat menyetir. Para pemudik hendaknya mewaspadai microsleep atau tertidur secara tiba-tiba hanya dalam waktu yang sangat singkat. Saat hal ini terjadi, otak masih merasakan kelelahan tetapi tetap bertahan agar kita tetap terjaga.

Apa itu microsleep? Microsleep merupakan kejadian hilangnya kesadaran atau perhatian sese­orang karena merasa lelah atau mengantuk. Kejadian microsleep umumnya hanya berlangsung sekitar satu detik hingga dua menit, tetapi dapat bertambah lama jika seseorang benar-benar memasuki kondisi tidur.

Microsleep sering terjadi saat seseorang berkendara dan memicu terjadinya kecelakaan. Sebab, seseorang yang mengalami microsleep tidak menyadari jika dirinya tertidur atau akan memasuki kondisi tidur, kondisi ini juga dapat terjadi dengan mata terbuka dengan pandangan kosong.

Microsleep juga ditandai dengan gerakan kepala seperti mengangguk dan mengedipkan mata yang terlalu sering serta tidak dapat mengingat hal yang terjadi satu pada beberapa menit sebelumnya. Setelah tertidur, seseorang yang mengalami microsleep sering terbangun dengan perasaan lebih segar dalam waktu yang singkat.

Hal ini tentu saja akan sangat berbahaya saat kita kehilangan kesadaran saat sedang mengen­darai kendaraan karena tidak dapat mengontrol arah dan laju kendaraan. Pada kenyataannya, tertidur saat sedang berkendara adalah penyebab umum kecelakaan lalu lintas.

Namun, hal ini juga dipe­ngaruhi oleh kondisi otak saat kekurangan tidur yang menyebabkan seseorang menjadi lebih tidak sabaran, sulit meng­ambil keputusan dan menurun­kan kemampuan dalam berak­tivitas.(jun/idr/tau/mys)