25 radar bogor

Berawal dari Dakwah sang Pendiri

WULAN/RADAR BOGOR TES: Santri Daarul Uluum saat mengikuti ujian kenaikan pada pekan lalu.
WULAN/RADAR BOGOR
TES: Santri Daarul Uluum saat mengikuti ujian kenaikan pada pekan lalu.

Pesantren Daarul Uluum mulanya adalah sebuah majelis pengajian di sebuah musala kecil, yang didirikan Kiai Elon Syuja’i di kampung hala­­mannya, Bantarkemang, Kota Bogor. Banyak hal yang diperjuangkan, salah satunya menyebarkan ajaran Islam.

Apalagi, saat itu di Bantarkemang bercampur budaya-budaya lokal, yang mungkin saja tidak sesuai dengan ajaran Islam. Maka di situlah, dakwah dilakukan melalui pendirian Pesantren Daarul Uluum ini.

Perlahan-lahan para santri yang belajar agama kepadanya semakin bertambah banyak. Nama Mu’allim Elon, demikian KH Elon Syuja’i sering dipanggil, semakin dikenal banyak orang. Santri-santri dari luar daerah pun mulai banyak berdatangan untuk turut belajar kepadanya.

Semakin banyak santri dari luar daerah yang datang belajar, mengha­ruskan KH Elon Syuja’i menyiap­kan tempat-tempat penam­pungan untuk santri menginap.

“Pada masa inilah asrama-asrama santri didirikan, walaupun masih sangat seder­hana, mulai dibangun secara gotong royong,” tutur Hasbulloh.

Pondok Pesantren Daarul Uluum secara keseluruhan, semua tingkatan ada, baik MI, MTs, MA, SMP, SMA, TPA pun ada. Dibuat dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Sekitar 300 santri yang ada di sana. Pengajarnya beragam, mayoritas diutamakan alumni pesan­tren karena ada program pem­bibitan guru pesantren.

“Jadi, yang baru lulus MA dilatih untuk menjadi guru. Walau tidak mengajar formal, minimal seorang santri bisa menjadi guru di lingkungannya. Karena di ponpes ini memang ada mata pelajaran yang berkaitan dengan kependidikan,” ungkapnya.

Masih kata Hasbulloh, dengan adanya program pendidikan guru pesantren, maka lulusan MA yang berprestasi atau yang berkeinginan untuk fokus di sisi pengajaran, akan dilatih satu tahun program pendidikan. Selanjutnya diberikan sertifikat, kemudian ditempatkan di TPA, MI, sambil melanjutkan perkuliahan.

“Mayoritas sudah sarjana, bahkan ada yang S2 dan S3. Tapi untuk pe­santren program yang tadi, program pen­didikan guru pesantren,” tan­dasnya.(cr4/c)