25 radar bogor

Ancaman Mogok Belum Dicabut

GARUDA: Kemungkinan untuk mengadakan mogok memang masih terbuka lebar.
GARUDA: Kemungkinan untuk mengadakan mogok memang masih terbuka lebar.

JAKARTA–Rencana pilot dan karyawan Garuda Indonesia menggelar mogok kerja belum dicabut. Meskipun perwakilan dari pengurus Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) telah berte­mu Menteri Koordinator Kema­ritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Presiden APG Capten Bintang Hardiono menuturkan, ke­mung­kinan untuk mengadakan mogok memang masih terbuka lebar. Pihak pilot dan karyawan Garuda masih terus menunggu realisasi hasil pertemuan de­ngan Menteri Luhut.

Semua bahan-bahan yang diperlukan sudah diserahkan pengurus serikat karyawan kepada pe­merintah. ”Masih (rencana mo­gok, red), belum ada pekem­bangannya,” ujar Capt. Bintang kepada Jawa Pos, kemarin (2/6).

Pada Kamis (31/5) lalu me­mang sudah ada pertemuan antara perwakilan Sekarga dan APG dengan Menteri Koor­dinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Pertemuan itu untuk mencari titik temu tun­tutan yang disuarakan oleh karya­wan dan pilot agar ada perbaikan dalam tubuh Garuda.

”Pak Luhut akan ikut mena­ngani masalah GA. Hasilnya belum tahu tergantung penye­lidikan dari beliau. Sementara beliau sudah merespons kondisi kita,” ungkap dia.

Pihak karyawan dan pilot, ungkap Capt. Bintang, berharap agar semua persoalan yang dikeluhkan oleh para karyawan dan pilot Garuda itu bisa segera tuntas secepatnya. Karena mereka juga ingin agar Garuda bisa terus berkembang dan maju. ”Kami menunggu jawa­ban pastinya. Hasil dari investi­gasi pemerintah,” imbuh dia.

Dalam siaran persnya pada 1 Juni yang ditandatangani ketua umum Sekarga dan Presiden APG disebutkan bahwa mogok adalah langkah terakhir mereka. Tuntutan itu agar pemerintah mau berperan aktif menyelesaikan persoalan di Garuda yang sudah dituntut sejak 2017 lalu.

Dijelaskan pula kondisi penurunan kinerja di berbagai lini perusahaan pelat merah itu. Misalnya penurunan harga saham GIAA yang terjadi terus menerus sampai dengan penutupan hari Kamis, 31 Mei 2018 pada harga Rp254 per lembar. Bandingkan pada saat IPO harga saham Rp750 per lembar.

Kondisi ini sangat merugikan perusahaan dan juga masyarakat luas. Serta terjadi pengurangan pelayanan terhadap konsumen di berbagai lini, di mana ini merupakan beberapa indikator dari terjadinya degradasi kinerja tersebut.(jp)