25 radar bogor

Ramadhan Sarana Mengasah Keikhlasan

Keikhlasan amat berat karena terlalu banyak godaan dan rintangan. Namun, kita patut bersyukur karena Allah menyediakan bulan Ramadan untuk melatih dan menguji manusia agar menjadi ikhlas.

Sebagai hamba-Nya, kita harus menjadikan ibadah puasa sebagai latihan rohani untuk memaksimalkan keikhlasan, meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Karena ikhlas menjadi energi kekuatan rohani manusia.

Saat Ramadan, banyak sifat manusia yang bisa diasah. Salah satunya melatih sifat keikhlasan. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang, hendaklah dilaksanakan.

Bukan karena tanggung jawab kepada orang lain, atasan, pimpinan, atau jabatan, melainkan karena Allah SWT semata.

Selain bersifat privat, puasa adalah ibadah yang amalnya untuk Allah. Abu Hurairah meriwayatkan dalam Hadis Qudsi bahwa Allah SWT berfirman yang artinya, “Setiap amal anak Adam (pahalanya kembali) untuknya (yang melaksanakan) kecuali puasa, Karena ia untuk-Ku.

Akulah yang mengganjarnya sendiri. ”Mengacu pada makna hadis Qudsi ini, berarti selain berbasis kejujuran, pelaksanaan ibadah puasa juga harus disertai sifat ikhlas, karena Allah semata.

Jujur dan ikhlas adalah dua sifat yang sangat penting, dan harus dimiliki setiap orang. Di atas dua sifat ini dapat ditanamkan nilai-nilai insani ahlainnya yang secara holistik membentuk karakter manusia.

Ikhlas, suatu perbuatan yang amat mulia. Namun untuk mendapatkannya memerlukan pelatihan, dan kegiatan secara terus- menerus. Karena itu bila sifat ikhlas telah melekat pada pribadi muslim akan menjadikan setiap amal perbuatan terasa indah, dan nikmat.

Puasa Ramadan salah satu ibadah diwajibkan Allah kepada setiap muslim mualaf dengan cara rahasia. Hanya Allah dan dirinya yang tahu, dan tujuannya sebagai sarana membentuk pribadi muttaqin.

Untuk dapat membentuk pribadi yang terbaik di pandangan Allah, dalam menjalankan suatu amalan sudah tentu harus memenuhi syarat dan ketentuan Allah SWT. Di antaranya diterimnya amal.

Pertama, amal perbuatan tersebut harus didasari dengan keikhlasan, yang dimulai dengan niat yang murni karena Allah. Kedua, amal perbuatan tersebut harus sesuai dengan syariat Islam, dan sunnah Nabi Muhammad saw.

”Katakanlah: Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyatakannya, pasti Allah Mengetahui”. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit, dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuas aatas segala sesuatu”. (QS. Ali Imran: 29)

Memang, kata ikhlas sangat mudah diucapkan. Tetapi amat sukar dilaksanakan. Karena begitu sulitnya untuk mengetahui keikhlasan dalam beramal, maka setidaknya kita mengetahui tanda-tanda itu.

Di antaranya takut terhadap popularitas, sehingga lebih banyak memilih perbuatan yang sifatnya di belakang layar. Mengakui kekurangan diri, sehingga ia akan terus meningkatkan amal kebajikan, dan terus memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat menjadikan perbuatannya memiliki nilai.

Keikhlasan adalah rahasia hamba dengan Allah. Keikhlasan akan membawa keselamatan dunia akhirat. Ketika seorang sedang berpuasa, dan ia sedang sendirian yang di hadapannya sudah terhidang makanan, tetapi ia tidak berani membatalkan puasanya karena ia berpuasa untuk Allah SWT.

Maka saat itu ia sedang bersikap ikhlas. Dengan demikian, selama Ramadan, kurang lebih 30 hari setiap yang beriman menjalankan shaum, sesungguhnya ia sedang menjalankan, dan melatih dirinya menjadi seorang ”mushlihun”.

Ada orang yang mem­punyai dorongan ingin membantu kepada sesamanya. Meringankan beban derita terhadap sesama, semata-mata karena Allah semata. Di sisi lain, ada lagi yang melakukan kegiatan serupa, namun mempunyai tujuan agar disebut sebagai seorang yang dermawan.

Dari segi lahir nyaris tidak ada perbedaan. Namun, dari segi nilai golongan yang pertama adalah yang lebih baik .

Dalam konteks inilah, agaknya kita perlu terus mengasah kejujuran, dan keikhlasan melalui puasa.Kemudian nilai-nilai itu direaktualisasikan dalam segala aktivitas kehidupan kita.

Oleh karena itu, keikhlasan tak perlu ditampakan dan jangan berusaha untuk menampakannya. Karena Allah-lah yang akan menampakan hasil dari keikhlasan itu.(*)