25 radar bogor

Mencari Pemimpin Bervisi Kearifan Lokal

KOMPAK: Foto bersama calon wali kota dan wakil wali kota Bogor seusai Sunda Langgeng Wisesa (SLW) temu silaturahmi Kesatuan Pemangku Adat SLW yang diinisiasi Sunda Langgeng Wisesa di aula gedung Graha Pena, Jalan KH Abdullah bin Nuh, Kamis (31/5).
KOMPAK: Foto bersama calon wali kota dan wakil wali kota Bogor seusai Sunda Langgeng Wisesa (SLW) temu silaturahmi Kesatuan Pemangku Adat SLW yang diinisiasi Sunda Langgeng Wisesa di aula gedung Graha Pena, Jalan KH Abdullah bin Nuh, Kamis (31/5).

BOGOR–RADAR BOGOR,Sunda Langgeng Wisesa (SLW) menggelar temu silaturahmi Kesatuan Pemangku Adat Sunda Langgeng Wisesa bersama para calon wali kota dan wakil wali kota Bogor di aula gedung Graha Pena, Jalan KH Abdullah bin Nuh, Kamis (31/5).

Pertemuan sebuah wadah yang menjadi rumah besar bagi berhimpunnya komunitas, padepokan, yayasan, peguron yang konsen dalam merawat budaya. Kegiatan yang dikemas sarasehan bertajuk mendorong kepemimpinan Bogor bervisi kearifan lokal dihadiri para inohong budayawan, seniman serta para undangan.

Dalam kesempatan itu mereka saling mengungkapkan aspirasi dan harapannya kepada masing-masing calon wali kota dan wakil wali kota Bogor untuk bersinergi membangun Kota Bogor ketika terpilih nanti.

Hadir dalam acara tersebut CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu dan Gatut Susanta yang menjadi moderator sekaligus panitia acara, memulai dialog dengan menyapa para calon wali kota dan wakil wali kota yang hadir. Dalam sarasehan itu, hadir pasangan calon Achmad Ru’yat-Edgar Suratman, Bima Arya Sugiarto-Dedie A Rachim, dan calon wakil wali kota Bogor, Sugeng Teguh Santoso.

Dalam acara tersebut, Ketua Sunda Langgeng Wisesa Karyawan Faturahman meminta agar seluruh calon yang maju dalam kontestasi Pilwalkot Bogor dapat menjunjung tinggi kearifan lokal dan budaya.

Dalam sambutannya, Karfat -sapaan Karyawan Faturahman- mengapresiasi buku Sunda Menjawab karya SLW yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi calon kepala daerah dan para pemangku kepentingan di wilayah Bogor Raya.

Menurutnya, buku tersebut memiliki nilai historikal sejarah yang sangat kuat. Kerajaan Sunda yang termaktub di buku tersebut telah eksis berdiri sejak 14 abad lalu. ”Tentunya selama 14 abad itu banyak sekali nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan.

Nilai itulah yang ingin kami angkat. Namun diterjemahkan dengan bahasa ilmiah, juga dengan bahasa yang kekinian,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Karfat bahkan meyakini, budaya Sunda jika dipahami dengan baik dari segala segi, dapat menjadi harapan kesejahteraan masyarakat.

”Jadi itulah pesan yang ingin kami sampaikan bahwa budaya Sunda bisa menambah PAD, APBD, tidak ada lagi pengangguran, kemiskinan. Sehingga Sila ke-5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bisa dimulai langkahnya dari sini,” tukasnya.(all/cr3/c)