25 radar bogor

Geng Motor Bikin Ulah Lagi

ilustrasi pembegalan
ilustrasi pembegalan
ilustrasi pembegalan

GUNUNGPUTRI–RADAR BOGOR,Aksi kekerasan geng motor kembali terjadi. Kamis, (31/5) Angga Saputra (17) -penjual rokok di Jalan GBHN Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri,- menjadi korbanya. Ia nyaris tewas setelah menjadi bulan-bulanan geng motor.

Sekujur tubuh Angga dipenuhi luka lebam dan sayatan senjata tajam. Informasi yang dihim­pun Radar Bogor, saat itu kor­ban sedang berjualan seperti biasa.

Tiba-tiba datang dua pemu­da membeli beberapa bungkus rokok. Saat ditagih, dua pemuda tersebut langsung mengeluarkan senjata tajam dan membacok korban.

”Saya dibacok, lalu saya diseret ke jalan dan dipukuli ramai-ramai oleh anggota geng motor lain. Jumlahnya ada belasan saat itu,” ujar Angga kepada Radar Bogor.

Terpisah, Kapolsek Gunung­putri Kompol Edi Kusyadi mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi menje­lang sahur. ”Korban sudah melapor,” tukasnya.

Sebelumnya, aksi geng motor juga terjadi di perbatasan Pa­rung dan Depok. Andre Senja (18) warga Kampung Pame­garsari RT 02/01, Desa Parung, Kecamatan Parung, mengalami luka bacok.

Kepada polisi, pelaku mena­makan dirinya Geng Swiss. Me­nurut Kapolsek Sa­wa­ngan Kom­pol Suprasetyo, diduga penye­rangan dilakukan se­ba­gai bentuk balas dendam pa­da korban.

”Sebab dari keterangan bebe­rapa saksi-saksi, para pelaku sempat menyebutkan bahwa kondisinya saat ini adalah 2-1 usai membuat korban babak belur. Tetapi hal tersebut masih kami dalami,” ujarnya seperti dilansir Metropolitan (Grup Radar Bogor).

Di sisi lain, fenomena geng motor ini disebut psikolog keluarga, Artiawati, sebagai masa transisi. Menurutnya, usia 12-18 tahun merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa.

Masa itulah yang identik de­ngan pencarian jati diri sehingga faktor lingkungan dan pergaulan sangat meme­ngaruhi tumbuh kembang remaja.

”Remaja ini masuk masa perkembangan, masa penuh badai. Secara emosional, me­mang belum stabil karena banyak transisi,” ujarnya.

Dosen psikologi Universitas Surabaya ini melanjutkan, dalam kasus ini, seorang remaja bisa saja terprovokasi oleh kelompok dalam lingkungannya, seperti geng motor, karena dianggap keren oleh anggota kelompok di dalamnya.

”Inilah dinamika massa. Emo­si itu menular, apalagi emosi kerumunan. Jadi kalau dalam kelompok, individu biasa­nya lebih berani me­lakukan hal-hal yang sebetulnya kalau sendiri belum tentu me­reka berani,” terangnya.(mtr/dkw)