25 radar bogor

Bermula dari Cinta Anak Yatim dan Duafa

FASILITAS: Sebagian santri foto bersama di depan masjid yang menjadi tempat penghuni pesantren ini beribadah.
Mas’ah Kholilah

Yayasan Nur Azkia didirikan pada 2015 oleh sepasang suami istri bernama Useh Saehudin dan Mas’ah Kholilah. Sang istri merupakan penyuluh agama dan pendakwah, juga seorang PNS di Kementerian Agama. Sejak gadis Mas’ah sudah berkecimpung di pembinaan anak yatim piatu.

Berawal dari pembinaan yatim piatu, kemudian RA, Diniyah, dan SMP, tahun ini akan dibuka program SMK. Pesantren ini pun menyeimbangkan antara ilmu agama, ilmu pengetahuan umum, dan kewirausahaan.

Mas’ah bercerita awal mendirikan pesantren ini. Mas’ah yang suka mengurus anak yatim dan kaum duafa ini prihatin dengan keberadaan mereka yang mungkin kurang sentuhan akhlak dari orang tuanya, juga faktor lingkungan yang tidak mendukung. Dari ratusan yatim dan duafa yang diurus, mereka dikumpulkan untuk mendapat ilmu dan pembelajaran etika.

“Dari situlah ibu ingin mendirikan satu tempat binaan untuk mereka, sebuah pesantren yang dapat memberikan mereka pendidikan umum, juga dibekali ilmu agama yang sangat mereka butuhkan,” beber Mas’ah.

Hingga akhirnya Mas’ah bisa membangun pesantren yang sampai saat ini, setidaknya sudah memiliki sekitar 50 santri. ”Mendirikan pesantren ini pun membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat berat. Karena pada awalnya mereka tidak mau untuk belajar. Namun, mengingat pendidikan sangat penting, kami harus bisa memaksa dalam hal pendidikan ini, apalagi perihal ilmu agama,” beber Mas’ah pada Radar Bogor.

Yayasan Nur Azkia fokus pada bidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Pada 2015 yayasan ini juga mendirikan SMP berbasis pesantren. Didirikan demi pendidikan yang berkesinam­­bungan antara pengetahuan agama dan umum. Membangun pemikiran, keimanan, hati nurani, dan berakhlakul kharimah.

Melalui proses pembelajaran yang efektif dan berbasis pesantren, diharapkan peserta didik mampu membangun motivasi, kepercayaan diri, tanggung jawab, dan semangat untuk menjadi yang terbaik, sesuai bakat dan minat peserta didik.

FASILITAS: Sebagian santri foto bersama di depan masjid yang menjadi tempat penghuni pesantren ini beribadah.

Karena kecintaannya pada anak yatim dan duafa, sang pendiri selalu berusaha untuk memberikan fasilitas terbaik untuk pesantren ini. Setidaknya satu tempat tidur untuk masing-masing santri, tersedianya fasilitas makan yang sangat mencukupi, serta kamar mandi yang bersih.

“Jika ingin berbuat baik kepada orang lain, jangan pernah mengharap balasan. Biarlah hanya Allah yang senantiasa membalasnya,” tutur Mas’ah.

Ilmu seimbang yang diterapkan di pesantren ini, juga mampu membuat pasangan suami istri ini dikategorikan sebagai pasangan yang seimbang. Suaminya yang menjadikan motivasi buat Mas’ah, lantaran menguasai ilmu keagamaan. “Beliau yang istiqamah mendidik anak-anak santri untuk menjadi pemimpin, target setengah bulan santri bisa,” tandasnya.(cr4/c)