25 radar bogor

Berkeliling di Masjid Al Imtizaj, Memiliki Arti Pembauran

IST IKONIK: Konsep bangunan Tionghoa begitu kental di Masjid Al Imtizaj, Banceuy, Kota Bandung.
IST
IKONIK: Konsep bangunan Tionghoa begitu kental di Masjid Al Imtizaj, Banceuy, Kota Bandung.

Kubah menjadi identitas bagi sebuah masjid. Namun berbeda ketika melihat bangunan masjid di Jalan ABC No 8 Banceuy, Kota Bandung.

Kebanyakan orang atau pengunjung yang baru pertama kali ke Kota Bandung pasti akan terkejut dan terheran-heran dengan bangunan berwarna merah, kuning, dan emas di sana.

TIDAK sedikit, masyarakat salah menebak ketika melihat sekilas bangunan bergaya Tionghoa itu. Pasalnya, bangunan tersebut bukanlah Klenteng tempat ibadah jamaah Khonghucu, melainkan Masjid Al Imtizaj.

Bangunan yang menempel di gedung Abdurrahman Bin ‘auf Trade Centre yang sudah tak beroperasi itu sangat unik dan menarik. Didominasi warna etnis Tionghoa namun berkubah layaknya masjid pada umumnya.

Tak hanya warna, gaya bangunan hingga pernik yang menempel di Masjid Al Imtizaj begitu kuat dengan etnis Tionghoa.

Para pengunjung akan disambut gapura layaknya Klenteng, warna yang khas hingga beberapa lampion menggelantung di sana. Tak hanya itu, bahkan tempat wudu unik berupa cawan emas pun menghiasi masjid.

Menurut sejarah, Masjid Al Imtizaj diresmikan para era Gubernur Jawa Barat R. Nuriana. Dengan tujuan menyatukan komunitas-komunitas muslim Tionghoa yang banyak bermunculan di Kota Bandung.

IST
IKONIK: Konsep bangunan Tionghoa begitu kental di Masjid Al Imtizaj, Banceuy, Kota Bandung.

Ketua Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al Imtizaj, Yahya Azlani mengatakan masjid ini menyimpan sejarah antara masyarakat Bandung juga keturunan Tionghoa. Maka nama masjid pun disesuaikan dengan keadaan dan harapan.

”Arti Al Imtizaj itu pembauran bahasa Mandarinnya Ronghe yang maksudnya pembauran antara yang muslim baru (mualaf) dan yang sudah lama,” kata Yahya kepada JawaPos.com (Grup Radar Bogor).

Asimilasi terjadi antara etnis Tionghoa dengan pribumi masyarakat Bandung. Sekalipun memang yang masuk Islam tidak hanya dari Tionghoa, namun pada intinya arti dari nama dan hadirnya Masjid Al Imtizaj adalah pembauran.

”Sekalipun masjidnya ada nuansa etnis Tionghoa, tapi di situ harus membaur. Bahkan yang lebih banyak yang salat, ya, kita-kita,” ungkapnya.

Ketika memasuki area masjid, di pelataran disediakan beberapa tempat duduk yang nyaman. Pohon dan bunga menghiasi setiap sudut Masjid Al Imtizaj.

Walaupun lokasi berada di depan jalan raya, angkutan kota, bus kota, kendaraan umum lainnya melintas di depan, tapi tidak begitu mengganggu. Melainkan nyaman dan cukup sejuk ketika duduk di sana.

Area salat terbagi menjadi dua, yakni perempuan dan laki-laki. Dari gerbang para jamaah laki-laki harus menuruni beberapa anak tangga untuk memasuki area wudu dan tempat salat. Sedangkan perempuan harus naik ke lantai dua.(jpg)