25 radar bogor

Pelaku Candaan Bom di Lion Air Menangis, Ingin Pulang ke Papua Daftar CPNS

Frantinus Nirigi saat diperiksa petugas sesaat setelah terjadi kepanikan di pesawat Lion Air JT 687 rute Pontianak-Jakarta.
Frantinus Nirigi saat diperiksa petugas sesaat setelah terjadi kepanikan di pesawat Lion Air JT 687 rute Pontianak-Jakarta.

PONTIANAK-RADAR BOGOR, Frantinus Nirigi sudah berstatus tersangka terkait kasus ucapan membawa bom di pesawat Lion Air di Bandara Supadio, Pontianak, beberapa waktu lalu.

Tim Kuasa Hukum Frantinus Nirigi menginginkan perkara ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan dan melihat dari sisi kemanusiaan. Karena, jika ditelisik lebih jauh, kondisi keluarga Frantinus saat ini cukup menyedihkan.

“Kami ingin perkara ini dapat diselesaikan dengan baik demi kemanusian dan secara kekeluargaan. Lagi pun ini joke bomb. Orang Papua memang banyak joke-nya,” ujar Marcelina Lin, Kuasa Hukum dari Kantor Firma Hukum Ranik Lin Associate, Rabu (30/5/2018).

Saat memberikan keterangan, tampak mata Marcelina berlinang. Agaknya dia memang sedih ketika menceritakan kondisi Frans. “Saya prihatin dengan keadaannya. Secara pribadi saya tanya dia berkaitan dengan keluarga, dia menangis. Dia terpukul dengan kejadian ini. Karena keinginan dia pulang ke Papua kan ingin ikut tes PNS. Dan, tiga laptop (dua rusak, satu normal) yang dibawa adalah titipan keluarganya,” ceritanya.

Frantinus, dikatakan Marcelina, sudah enam tahun tidak pulang ke kampung halamannya. Menurut cerita Frantinus, disampaikan Marcelina, ayahnya merupakan mantan Menteri pada zaman Belanda. Saat ini usia ayahnya sudah 90 tahun. Ibunya merupakan ibu rumah tangga yang berusia sekitar 50 tahun.

“Adik beradiknya ada 12 orang. Empat sudah meninggal. Dua sudah menikah dan sisanya ada yang masih sekolah. Paling bungsu berusia delapan tahun,” papar dia.

Frantinus ingin pulang untuk mengabarkan kebahagiaan atas status sarjana yang ia raih di Untan. Karena, hanya dia satu-satunya yang sudah menyandang status sarjana di keluarganya.

Harapan agar perkara ini diselesaikan secara kekeluargaan, karena Mercelina melihat banyak kasus serupa yang tidak dilanjutkan. Bahkan pelakunya ada yang berstatus anggota DPRD. “Kenapa kemudian yang dilakukan Frans ini dinaikkan kasusnya?” tanya Marcelina.

Marcelina dan rekannya masih menunggu kabar baik dari Lion Air setelah ada pertemuan singkat itu. “Tadi pihak Lion Air mengatakan akan menindaklanjuti pertemuan kami. Kami masih menungu,” tuturnya.

Melalui kuasa hukumnya, Frantinus menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh penumpang yang menjadi korban, bahkan seluruh masyarakat Indonesia yang menyoroti perkara ini. “Kalau saja dia bisa saya hadirkan, dia ingin menyampaikan permintaan maaf kepada semuanya, karena terjadi kepanikan,” ucap Marcelina.

Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group) juga sempat bertemu dengan Frans. Namun dia tak banyak bicara. Dia saat itu tengah menelepon keluarganya di Papua. “Kakak ipar saya mau ke sini,” singkatnya. (osc/arm/ysp)